Pasar Klewer Jaman Now: Sepi

Setelah terbakar dan dibangun ulang, Pasar Klewer kini sepi.

SOLO, VOI: Ikon Kota Solo adalah Pasar Klewer. Ke Solo belum lengkap jika tidak mampir ke Pasar Klewer, pusat perdagangan berbagai jenis kain, terutama kain batik.
Batik dan Pasar Klewer. Dua hal itulah membuat kota di mana presiden Jokowi pernah menjadi wali kota selama hampir 2 periode ( karena periode ke 2 hanya berjalan 1,5 tahun dan ditinggal ke DKI Jakarta sebagai Gubernur). Hampir setiap hari dari pagi sampai petang, pasar yang berlokasi di bagian timur kota Solo itu disesaki dengan pedagang, pembeli, dan juga copet.
Tapi, itu jaman old, sebelum Pasar legendaris itu sebagian dilalap si jago merah dalam kebakaran pada 2014 silam. Pasar itu luluh lantak. Para pedagang menderita kerugian ratusan juta rupiah. Usaha mereka berhenti saat itu juga sampai kemudian Pemkot Solo menyiapkan pasar darurat. Lokasinya di alun-alun Utara dan sebagian di Siti Hinggil Keaton Kasunanan Surakarta. Memang umpek dan gerah. Tapi, setidaknya langkah Pemkot Solo itu bisa mengalirkan darah di usaha para pedagang.
Nah, kini 2017 lalu, renovasi Pasar Klewer usai sudah. Lalu dilakukanlah penyerahan kunci kios ke para pedagang. Tak tanggung-tanggung, acara penyerahan kunci dilakukan secara simbolis oleh Presiden Jokowi, yg pernah menjawab Wali Kota Solo hampir 2 periode itu.
Selesai? Apakah para pedagang kembali berjaya seperti sebelum kebakaran?Ternyata tidak. Di hari-hari awal pengoperasian Pasar Klewer hasil renovasi, keluhan mulai muncul. Kios-kios yang mereka tempati ternyata lebih sempit dari kios sebelum pasar terbakar. Selain ada belasan kios yg tidak bisa difungsikan karena terganggu pilar bangunan.
Dari luar, Pasar Klewer memang terlihat lebih megah, perparkiran tertata rapi, sehingga tidak lagi terjadi kemacetan lalu lintas di jalan depan pasar. Apalagi, pasar Klewer juga dilengkapi dengan lahan parkir mobil di basementnya. Rapi.
Tetapi, di dalam ternyata seperti api dalam sekam. Pedagang mengeluhkankan ketidaknyamanan suasana pasar. Selain itu, pembeli pun tak seramai dulu.
Humas Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK) Muhammad Kusbani membenarkan hal itu. Menurut Kusbani selama ini para pedagang sudah 3 tahun menempati kios darurat yg lebih luas, jadi saat pindah ke kios baru merasa sempit.
Meskipun demikian, Kusbani juga mengakui bahwa Pasar Klewer kini tak seindah warna aslinya. "Pasar sepi mas, tidak seperti dulu, yang jadi jujugan wisatawan," kata pengusaha batik ini.
Pedagang lain juga mengatakan, sebelum terbakar omzet mereka setiap hari bisa mencapai Rp 5 juta. "Sekarang, dua juta pun sulit," katanya.
Penyebab sepinya Pasar Klewer, selain kiosnya yang sempit, juga tersaingi keberadaan Beteng Plasa dan Pusat Grosir Solo (PGS) yang lebih nyaman dengan harga yang sama. Tiga tahun sangat cukupĀ  bagi Beteng Plasa dan PGS untuk menancapkan keberadaannya menggeser Pasar Klewer. Apalagi, Beteng Plasa kini semakin diramaikan dengan keberadaan para pedagang online yang oleh pengelolanya ditempatkan di lantai tiga, yang sebelum Pasar Klewer terbakar kosong sama sekali. Terbakarnya Pasar Klewer memberi berkah bagi Beteng dan PGS. (arn)

Related News

Comment (0)

Comment as: