Setelah Telor, Kini Giliran Harga Ayam Meroket

JAMBI, VOI-- Harga ayam kembali meroket di pasaran. Begitulah yang dikeluhkan para ibu rumah tangga di Provinsi Jambi. Setelah sempat normal menjelang lebaran lalu, kini harga daging ayam kembali melonjak. Harga di pasaran terbaru mencapai Rp 60 ribu perkilogramnya. Bahkan jika tidak berbelanja di pasar Angso Duo, harga daging ayam bisa mencapai Rp 65 ribu per kilogram.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jambi Amir Hasbi mengatakan kenaikan harga daging ayam saat ini melonjak tinggi. Dia menengarai tren ini disebabkan oleh penurunan produksi ayam potong di kalangan produsen yang juga menurun drastis. Penurunan terjadi sekitar 40 persen dari biasanya.

“Biasanya sampai 15 ton produksi ayam potong. Saat ini menurun sampai 40 persen. Sehingga stok di pasaran sekarang sedikit,” katanya seperti dikutip Jambi Ekspres (Jawa Pos Group), Sabtu (21/7).

Penurunan produksi itu, juga merupakan dampak dari libur panjang beberapa waktu lalu sebelum lebaran. Sebab, ketika libur panjang tersebut, produsen juga tak memproduksi secara maksimal, karena karyawannya juga banyak yang libur.

“Ada empat produsen ayam potong di Jambi, semuanya seperti itu. Dengan permintaan yang tinggi, namun pasokan berkurang tentu harga melejit,” katanya.

Saat ini, dengan produksi bulan Juli yang terbatas, harga jual daging ayam potong di tingkat produsen sudah mencapai Rp 25 ribu perkilogram ayam utuh. Sehingga sampai ke pengecer, harga ayam potong paling rendah sudah di angka Rp 55 ribu per kilogram.
"Dari peternak sudah Rp 25 ribu, tentu di pengecer semakin mahal dijual ke pembeli,” katanya.

Amir mengatakan, tidak ada solusi konkrit yang bisa dilakukan dalam jangka pendek ini. Masyarakat diharapkan bersabar hingga harga kembali normal. Sebab, untuk produksi bulan Agustus nanti, diprediksi daging ayam potong sudah kembali normal. Sehingga harga jual daging ayam potong di pasaran juga sudah kembali normal.

“Libur panjang sudah usai, produski kembali normal. Ketika libur panjang, selain produksi sedikit, masyarakat banyak mengadakan pesta, syukuran. Sehingga permintaan semakin tinggi, sementara produksi semakin rendah,” sampainya.

Sementara itu Ariansyah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan lain lagi dia menengarai polemik harga ayam ini dikarenakan produsen kelebihan biaya produksi.

Dimana berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan), produsen tidak dibolehkan lagi memberikan vaksinasi kepada bibit ayam, sebab itu produsen butuh waktu 30-50 hari untuk panen.

Dijelaskannya, jika bibit ayam divaksinasi, maka produsen hanya butuh waktu 30 hari hingga panen dan menghasilkan 1,6 kilogram per ekor. Sedangkan tanpa vaksinasi produsen membutuhkan waktu lama sehingga biaya produksi bertambah.

Menurutnya harga ayam potong tinggi bukan hanya menjadi beban masyarakat, tetapi juga membuat lesu pedagang. Sebab itu pihaknya dalam waktu akan mengambil langkah konkrit bersama Satgas Pangan Jambi untuk menstabilkan harga ayam tersebut.

Di lapangan berdasarkan monotoring harga kebutuhan pokok oleh pihaknya, Kamis, harga ayam naik dari satu hari sebelumnya dari Rp42 ribu kini menjadi Rp50 ribu per kilogram.

“Berdasarkan pantauan harga, di Pasar Tradisional Simpang Pulai dan Talang Banjar, harga ayam Rp50 ribu perkilogram, sedangkan di Pasar Angsoduo terpantau diharga Rp48 ribu per kilogram,” kata Ariansyah.

Dia mengatakan kenaikan harga disebabkan berkurangnya pasokan ke pasar-pasar tradisonal terbesar di daerah itu.

Selain ayam potong, telur ayam broiler juga mengalami kenaikan dari harga dari Rp24 ribu sehari sebelumnya menjadi Rp27.200 per kilogram disebabkan berkurangnya pasokan.

 

Related News

Comment (0)

Comment as: