Rupiah Makin Tak Berdaya, DPR: Jangan Salahkan Eksternal Terus
JAKARTA, VOI - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah. Tak tanggung-tanggung, Jumat (29/6/2018) pagi ini, mengutip data dari Reuters, dolar AS sudah berada di level Rp14.410.
Sejumlah pihak menyebut penguatan ini terjadi akibat kondisi eksternal mulai dari ekspektasi kenaikan bunga acuan The Federal Reserve hingga kekhawatiran perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China.
Wakil Ketua DPR RI, Taufik Kurniawan menilai, pelemahan nilai tukar rupiah ini pemerintah tak bisa terus menerus menyalahkan kondisi eksternal.
Kendati kondisi global cukup mempengaruhi nilai tukar rupiah, namun Taufik menilai jika fundamental ekonomi diperkuat, ia yakin rupiah akan mampu bertahan melawan ‘keperkasaan’ dolar AS.
Menurutnya, sejumlah mata uang negara lain yang juga melemah, tak bisa dijadikan alasan Indonesia harus bernasib sama.
“Kondisi global memang memberikan pengaruh pada ekonomi kita, khususnya nilai tukar rupiah. Tapi bukan berarti rupiah tak bisa melawan dolar AS. Fundamental ekonomi kita harus diperkuat, agar mampu menahan kuatnya dolar AS. Dengan penguatan fundamental ekonomi, dan berbagai kebijakan, saya rasa rupiah bisa kembali menguat,” kata Taufik di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat.
Taufik menambahkan, pemerintah dan Bank Indonesia harus siaga menghadapi pelemahan rupiah ini. Bahkan tak terus-terusan menganggap ini sebagai sesuatu yang normal atau hanya berlangsung secara musiman.
BI, kata dia, harus memberikan intervensi, dan segera memberikan kepastian mengenai kebijakan suku bunga pasar yang baru. Pasalnya, saat ini pasar menunggu kebijakan suku bunga bunga dari BI.
“Pelemahan ini jangan terus-terusan dianggap hal yang normal. Pemerintah dan BI harus fokus memperkuat penguatan fundamental ekonomi, sehingga muncul kepercayaan stakeholder dan investor. Dengan adanya kepercayaan dari investor, maka outflow dana juga dapat diredam. Selain itu, dampak dari melemahnyas rupiah juga berdampak beban pembayaran utang. Ini harus diwaspadai,” tegas Waketum PAN.
Mengutip data perdagangan Reuters, nilai tukar dolar AS terus menguat sejak awal tahun 2018. Dolar AS pada Januari berada di level Rp 13.560 dan sempat turun ke Rp 13.284. Memasuki Februari, dolar AS kembali menguat ke level Rp 13.665 dan sempat turun ke Rp 13.555. Dolar AS juga kembali menguat hingga level Rp 13.689.
Tren penguatan dolar AS berlanjut di bulan berikutnya. Pada Maret, dolar AS berada di level Rp 13.874 dan bergerak tidak terlalu jauh hingga April di level Rp 13.770. Pada Mei, dolar AS semakin perkasa terhadap rupiah. Dolar AS berada di level Rp 13.937 hingga menyentuh Rp 14.027 dan sempat turun lagi ke Rp 13.946.
Pelemahan dolar AS tidak berlangsung lama, mata uang Paman Sam kembali menguat terhadap rupiah ke level Rp 14.084 hingga Rp 14.213. Setelah itu, dolar AS perlahan turun cukup dalam ke level Rp 13.841 namun selanjutnya terus mengalami penguatan hingga hari ini.
Comment (0)