DR Jonathan Pownal: Patahan Paling Mematikan di Planet Ini Ada di Indonesia Timur

Dinamakan “Banda Detachment Fault” atau “Patahan Detasemen Banda” ini terletak di Indonesia bagian timur.
Merupakan bagian dari Cincin Api (the Ring of Fire), wilayah yang terkenal karena banyaknya gempa bumi dan letusan gunung berapinya.
Hal ini bisa mengarah pada terobosan dalam prediksi akan terjadinya tsunami untuk daerah tersebut.

Sekelompok peneliti dan ilmuwan menemukan, 7 km di dalam jurang palung jauh di bawah lautan dalam zona Cincin Api atau ‘ring of fire’, terdapat sesar atau patahan (fault) terbesar di Bumi yang sangat mematikan.

“Cincin Api” (Ring of Fire) atau dikenal juga sebagai “Lingkaran Cincin Api Pasifik” (The Pacific Ring of Fire) adalah daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik.

Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 km. Daerah ini juga sering disebut sebagai sabuk gempa Pasifik. Sekitar 90?ri gempa bumi yang terjadi dan 81?ri gempa bumi terbesar terjadi di sepanjang Cincin Api ini.

Indonesia berada di jalur gempa teraktif di dunia karena dikelilingi oleh Cincin Api Pasifik ini, bahkan berada di atas tiga tumbukan lempeng benua sekaligus, yakni, Indo-Australia dari sebelah selatan, Eurasia dari utara, dan Pasifik dari timur.

Lokasi Banda Detachment Fault di Indonesia bagian timur (bulatan merah) yang masuk dalam wilayah “Cincin Api” (Ring of Fire) atau “Lingkaran Cincin Api Pasifik” (The Pacific Ring of Fire).

Kondisi geografis ini, di satu sisi menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang rawan bencana letusan gunung api, gempa, dan tsunami. Namun di sisi lain menjadikan Indonesia sebagai wilayah subur dan kaya secara hayati.

Misalnya, selain memberikan potensi energi tenaga panas bumi yang dapat digunakan sebagai sumber tenaga alternatif., debu akibat letusan gunung berapi yang menyuburkan tanah, sehingga masyarakat tetap banyak yang tinggal di area sekitar gunung berapi.

Dan hebohnya, terdapat di wilayah Indonesia! Ya, tepatnya berada dalam palung di bawah Laut Banda. Zona ini adalah jurang laut yang mengerikan yang disebut “abyss”, di kedalaman 7 km.

Dipimpin oleh peneliti utama bernama Dr. Jonathan Pownall dari Australian National University (ANU) mengatakan temuan itu akan membantu para peneliti menilai bahaya tsunami di masa depan di daerah tersebut.

Sekarang para ahli geologi untuk pertama kalinya telah melihat dan mendokumentasikan the Banda Detachment Fault (BDF) yang berada di Indonesia bagian timur – dan mencari tahu bagaimana patahan itu bisa terbentuk.

Hal ini dapat menyebabkan terobosan dalam prediksi tsunami untuk daerah tersebut, yang merupakan bagian dari Cincin Api – sebuah wilayah di sekitar cekungan Samudra Pasifik yang dikenal karena gempa bumi dan letusan gunung berapi.

“Palung atau abyss yang telah dikenal selama 90 tahun, tetapi sampai sekarang tidak ada yang bisa menjelaskan: Bagaimana daerah itu bisa begitu dalam?,” tanya Dr. Pownall.

“Dari penelitian kami menemukan bahwa jurang di laut sedalam 7 km di bawah Laut Banda, di sebelah timur Indonesia, dibentuk oleh perluasan sepanjang apa yang mungkin merupakan bidang patahan terbesar yang teridentifikasi di planet Bumi,” tambah Dr. Pownall.

 

Sesar atau Patahan (fault) ini, yang dinamakan Detasemen Banda, merepresentasikan robekan di dasar Laut Banda yang terpapar di atas zona seluas 60.000 kilometer persegi. (credits: ANU)

Apa itu Detachment Faulting?

Detachment faulting atau “detasemen patahan” dikaitkan dengan tektonik ekstensional berskala besar. Detachment fault sering kali memiliki perpindahan yang sangat besar (puluhan km) dan berjarak dekat serta sejajar yang tidak termodifikasi pada dinding gantung (hanging walls) terhadap dinding kaki (footwalls) metamorfik menengah hingga tinggi yang disebut kompleks inti metamorf (metamorphic core complexes).

Ia telah terbentuk sebagai struktur awal low-angle, atau dengan rotasi patahan normal yang juga terbentuk oleh efek isostatik dari tektonik. Banda Detachment fault terbentuk di dasar laut dan ini bisa jadi yang pertamakali ditemukan.

Detachment fault terdiri dari dua kelompok besar, yaitu yang berada di daratan yang dinamakan Continental detachment faults , dan di dasar laut yang dinamakan Oceanic detachment faults.

 

The Banda Detachment Fault, patahan Mematikan Terbesar di Laut Banda.

Continental detachment faults juga terdapat di pegunungan. Contoh misalnya The Snake Range detachment system (Amerika Utara), The  Nordfjord-Sogn Detachment (Norwegia bagian barat), atau The Whipple detachment (di tenggara California, Amerika Serikat).

Dan di dasar laut yang dinamakan Oceanic detachment faults, selain Banda Detachment fault, Detachment fault lain telah ditemukan di dasar laut dekat dengan batas lempeng berbeda, yang dicirikan oleh persediaan magma upwelling yang terbatas seperti Southwest Indian Ridge dan juga di Belgia dan di Tasmania. Detasemen patahan ini terkait dengan pengembangan struktur kompleks inti samudra.

Patahan Banda Misterius: Terdapat Ratusan “Bekas Luka” Paralel

 

Bekas luka di dasar lautan (gambar yang dihasilkan dari data bathymetry baru dengan resolusi tinggi di permukaan laut), yang diciptakan oleh Detasemen Banda merobek dan melebarkan Laut Banda. (JP / Jonathan Pownall)

Dengan menganalisis peta resolusi tinggi dari lantai Laut Banda, ahli geologi dari ANU dan Universitas Royal Holloway di London (Royal Holloway University of London) menemukan batu-batuan yang melapisi lautan dipotong oleh ratusan bekas luka paralel lurus atau straight parallel scars.

“Luka-luka” berupa garis-garis ini menunjukkan bahwa sepotong kerak yang lebih besar dari yang ada di Belgia atau Tasmania ini, pasti telah terpecah robek sepanjang 120 km sepanjang celah retakan dengan ekstensi dari sudut rendah, atau pelepasan patahan (detachment fault), untuk membentuk depresi permukaan laut yang akhirnya pada masa kini dapat terbentuk.

Dr. Pownall mengatakan patahan ini, the Banda Detachment, merepresentasikan robekan di dasar lautan yang terpapar seluas lebih dari 60.000 kilometer persegi.

 

Sesar atau Patahan (fault) ini, yang dinamakan Detasemen Banda, merepresentasikan robekan di dasar lautan yang terpapar di atas zona seluas 60.000 kilometer persegi.

Profesor Gordon Lister juga dari ANU Research School of Earth Sciences mengatakan ini adalah pertama kalinya patahan itu telah dilihat dan didokumentasikan oleh para peneliti.

“Kami telah membuat argumen yang baik untuk keberadaan patahan ini dan kami beri nama “the Banda Detachment” berdasarkan data batimetri dan pengetahuan geologi regional,” kata Profesor Lister.

Dalam bahasa Indonesia, Detachment selain berarti detasemen, juga dapat berarti hal melepaskan, sikap yang tak terpengaruh, pendirian yang teguh atau tindakan sendiri.

“Penemuan zona patahan yang terbesar dan terpanjang di dunia ini akan membantu menjelaskan bagaimana salah satu dari wilayah laut terdalam Bumi menjadi sangat dalam,” terang Dr. Pownall.

 

Patahan Mematikan Terbesar Dunis di Laut Banda.

Patahan Banda Detachment Yang Dapat Terlihat Seakan Menyembul Di Atas Ombak

Dr. Pownall mengatakan, ia melakukan perjalanan dengan kapal di Indonesia timur pada bulan Juli 2016 silam ketika dia melihat bentang alam yang menonjol pada konsistensi dengan ekstensi permukaan dari garis patahan.

“Saya tertegun untuk melihat bidang patahan yang dihipotesiskan, kali ini bukan di layar komputer, tetapi menyembul di atas ombak,” kata Dr. Pownall.

Selain itu, Dr. Pownall mengatakan bahwa batu-batuan yang berada tepat di bawah patahan termasuk yang dibawa ke atas dari mantel Bumi.

“Ini menunjukkan jumlah bentangan panjang yang ekstrim, yang harus terjadi ketika kerak samudera menipis, bahkan di beberapa tempat menjadi nol,” jelas Dr. Pownall.

 

Dr Pownall mengatakan dia sedang dalam perjalanan dengan kapal di Indonesia timur pada bulan Juli silam ketika dia melihat bentang alam yang menonjol dan konsisten dengan ekstensi permukaan dari garis patahan. Pemandangan dari perahu, berlayar di sepanjang pantai selatan Pulau Seram. Kemiringan planar atau planar slope (ombak lembut di kanan (selatan)) adalah permukaan patahan Banda Detachment. (credits: ANU)

Dr. Pownall juga mengatakan bahwa penemuan patahan Detasemen Banda yang berada di sekitar kordinat 05°52′22.3″S 130°35′40.1″E ini akan membantu peneliti untuk menilai bahaya tsunami dan gempa bumi di masa depan.

“Di daerah dengan risiko tsunami ekstrim, pengetahuan tentang patahan utama seperti Detasemen Banda, yang dapat membuat gempa besar ketika mereka tergelincir, merupakan hal mendasar untuk dapat menilai dengan benar dalam hal bahaya tektonik,” katanya. (IndoCropCircles.com)

Kunjungi Website

Related News

Comment (0)

Comment as: