Oplas dan Kebohongan

Oleh: Kesit Susilowati

INDUSTRI kecantikan semakin bergairah setelah para artis mengakui telah melakukan operasi plastik (oplas). Jika Thailand memiliki klinik-klinik kecil yang mampu melakukan oplas, sebagaimana klinik kecantikan serius di Korea, China memiliki cara unik dalam melakukan pemasaran industri kecantikannya. Salah satu klinik kecantikan di negeri Tirai Bambu adalah melakukan sayembara wajah terjelek. Pemenangnya akan mendapat hadiah ‘renovasi’ wajah di klinik tersebut. Ironis.

Pernahkah Anda bayangkan, seseorang yang ‘buruk rupa’, melakukan konstruksi wajah kembali? Pertama rahang yang ‘tidak standard’, mengalami standardisasi. ‘Rahang baru’ dikembalikan ke posisi semula dengan sekrup dan kawat di atas kepala. Sebenarnya akan ada bekas pemotongan dari pelipis ke pelipis. Sebagian hidung akan dikerjakan dari bagian ‘dalam’, teknik yang tak akan menimbulkan bekas apapun. Sebagian tulang tengkorak akan dicangkokan untuk membuat hidung baru.

Kemudian, kedua, spesialis gigi akan mengeluarkan gigi yang zig-zag selama pembedahan, dan memasangkan penggantinya secara permanen. Dua sampai tiga pekan kemudian akan tumbuh gigi baru. Selama gigi belum berfungsi, pasien akan makan melalui selang. Bayangkan sakitnya!

Pernahkah ingat kasus wanita petinggi bank, yang melakukan penggelapan di banknya, saat masuk penjara, wanita itu mengalami sakit, akibat payudara palsunya merengek di suhu penjara yang panas. Kabar terakhir wanita itu menderita kanker payudara.

Di luar prasangka kita (yang lugu), ternyata para pria juga melakukan oplas. Beberapa pria model ternyata menambal bokong atau betisnyanya agar lebih seksi, OMG!

Namun yang paling heboh di negeri ini tentu saja oplas yang dilakukan seorang nenek beberapa pekan ini, karena oplas itu berhasil memperkeruh situasi politik yang sudah keruh. Nenek itu dalam waktu singkat, telah menyandang gelar sebagai pembohong (bagi siapapun), dan pengkhianat, bagi kubu yang semula dibelanya, sekaligus menjadi iklan bagi oplas seharga Rp 90 juta.

Semestinya jika kecantikan meluruh seiring usia, maka kecantikan kepribadian bertambah elok, bagaimanapun kehidupan menempa seseorang membentuk kematangan dengan cara yang aneh. Tapi, Tuhan selalu memberikan kita anomali, agar kita selalu berpikir.

Oplas, berapapun harganya, sama sekali tiada punya arti dalam nilai kehidupan kita. Dari luar, kita sudah memoles kebohongan, dan tampak oleh orang lain. Nikmati saja diri kita apa adanya, sebagaimana diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Kita boleh tidak punya tampang bagus seperti artis, tapi hati kita mempunyai bentuk yang bagus, dan niscaya, itu lebih memberi arti dalam diri kita. []

Tulisan ini merupakan hasil literasi dari Kelas Menulis Islampos yang diadakan di kantor redaksi Islampos setiap Jumat pukul 13.30. Kesit Susilowati merupakan peserta Kelas Menulis Islampos Angkatan I dan saat ini berusia 37 tahun.

The post Oplas dan Kebohongan appeared first on Islampos.

 

Related News

Comment (0)

Comment as: