Seorang Sahabat Bernama Aqua Dwipayana
Oleh : Tofan Mahdi*
Bagi sebagian orang, pasti sudah mengenal atau pernah mendengar nama seorang motivator bernama Aqua Dwipayana. Namanya memang unik, seunik orangnya. Namun unik di sini, seperti halnya air (aqua), merupakan keunikan yang positif. Mengalirkan energi baik, aura positif, ketulusan, dan selalu ingin memberikan manfaat bagi orang lain. Orang lain itu bisa siapa pun, di mana pun, dalam strata apapun. Selama yang bersangkutan mau menjadi lebih baik, Aqua akan hadir mendukung dan mempercepat upaya mencapai tujuan itu.
Saya dan Aqua Dwipayana tergabung dalam satu grup WhatsApp Cowas Jepe. Seperti sering saya tulis, Cowas JP adalah kepanjangan dari Konco Lawas atau teman lama Jawa Pos. Ini adalah perkumpulan mantan karyawan Jawa Pos Group dari berbagai divisi: mayoritas Redaksi. Namun ada juga dari iklan, pracetak, cetak, dan pemasaran. Para alumnus bisa jadi sudah tidak di JP karena pensiun, mundur sebelum pensiun, pindah pekerjaan, pun karena ingin membuka usaha sendiri.
Awalnya memang tidak banyak yang mengenal Aqua Dwipayana. Karena memang Aqua tidak pernah bertugas di Kantor Redaksi Jawa Pos baik di Surabaya maupun Jakarta. Aqua pernah sekitar 7 bulan menjadi wartawan Jawa Pos di Malang pada 1990. Sebelumnya sekitar 2 tahun berkarir sebagai jurnalistik di Suara Indonesia, sekarang Radar Surabaya, di Malang. Alumnus Jurusan Ilmu Komunikasi Fisip Universitas Muhammadiyah Malang ini tidak lama menjadi wartawan untuk selanjutnya melanjutkan karir sebagai praktisi komunikasi di sejumlah perusahaan. Sebelum akhirnya istiqomah melakoni jalan hidup sebagai pegiat motivasi yang dikemas dalam jargon sederhana tapi mengena: The Power of Silaturahim.
Melalui komunikasi jari tangan, Aqua hampir setiap hari membagikan kegiatan dia dalam bentuk tulisan. Sehari bisa tiga kali. Lagi di mana, kegiatan apa, dan bersama siapa. Model komunikasi tulis yang juga "unik" seperti ini bukannya tanpa resistensi. Tak sedikit yang geli, nyinyir, dan bahkan keluar dari sebuah Grup WA hanya karena di situ ada Aqua. Saya sendiri awalnya geli dan menganggap aneh gaya menulis Aqua. "Pak Dahlan (Iskan) gak pernah mengajarkan kita gaya jurnalistik yang puja-puji diri sendiri seperti ini," tulis saya pada Grup WA Cowas pada suatu waktu. Saya menjaga jarak cukup lama dan membatasi diri untuk berkomunikasi dengan Aqua.
Namun, benarlah bahwa agama mengajarkan umatnya agar selalu berprasangka baik (husnudzon) bukan sebaliknya berprasangka buruk (su'udzon). Seperti kata pepatah, "Don't judge a book by its cover" (jangan menilai isi sebuah buku hanya dari sampulnya). Di tengah hujan kritik dari para haters kepada dirinya, Aqua tetap istiqomah pada jalan dan gayanya. Gak ada yang berubah.
"Orang ini istimewa," batin saya. "Hubungan diplomatik" yang awalnya kaku mulai mencair. Saya mencoba bersikap positif atas setiap postingan Aqua. Namun belum benar-benar membuka komunikasi sama dia. Hingga terjadi hal berikut ini: saat Almarhumah ibu saya dirawat di RSUD Pasuruan awal Januari tahun ini, Aqua mengirimkan buah ke tempat Ibu saya dirawat. Saya telepon langsung untuk mengucapkan terima kasih. Mungkin itu telepon pertama saya ke Aqua sejak kami tidak bekerja dalam satu payung lagi. Saya mengapresiasi perhatian kecil dia tersebut mengingat saya boleh dikategorikan sebagai teman namun hater.
Hingga kemudian Aqua (tanpa sepengetahuan saya sebelumnya) bersama beberapa teman Cowas JP menengok ibu saya di Pasuruan. Dan kemudian keesokan harinya, Aqua dan teman-teman Cowas JP Surabaya yang kali pertama datang ke rumah saat Ibu tiada, tengah malam pada Maret 2018. Subhanallah masih banyak teman-teman baik di sini.
*Kuncinya Hati yang Bersih dan Pikiran Positif*
Saya pun terus mengamati Aqua. Benarkah yang dia tulis tentang perlunya hati yang bersih dan the power silaturahim itu? Bagaimana mungkin Aqua yang bukan pengusaha tajir melintir tahun ini memberangkatkan 39 orang umroh gratis dan tahun lalu 35 orang? Bahkan Insya ALLAH tahun depan menargetkan 50 orang? Terlepas bahwa banyak tangan-tangan kebaikan yang membantu program umroh gratis The Power of Silaturahim tersebut, tetaplah itu hal yang luar biasa hebat.
"Kuncinya hati yang bersih, niat yang tulus dan lurus serta pikiran yang selalu positif dalam bersilaturahim. TUHAN akan membantu, entah itu lewat saya atau siapa saja. Yakinlah dengan semua itu," kata Aqua berbagi resep kepada saya.
Akhir pekan kemarin, Sabtu & Minggu (11-12 Agustus 2018), Cowas JP menggelar reuni akbar. Ini adalah pertemuan ke-9 sejak tiga tahun Cowas JP berdiri. Dalam reuni di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta ini, sekitar 150 teman-teman Cowas yang hadir dijamu sepenuhnya oleh Aqua dan keluarga serta panitia reuni. Seluruh dananya yang saya yakin mencapai puluhan juta rupiah ditanggung Aqua. Di antara para anggota Cowas yang hadir tersebut ada politisi Partai Demokrat Ramadhan Pohan, mantan Bupati Wonosobo dua periode Kholiq Arif, mantan Ketua PSSI Jatim Dhimam Abror Djuraid, penulis buku-buku Soekarno, Roso Daras, mantan anggota DPRD Surabaya Herman Rivai, dan teman-teman mantan Jawa Pos lainnya.
Di penghujung agenda Reuni IX Cowas JP di Jogjakarta, Minggu (12/8) kemarin, kami sekitar 10 orang anggota Cowas JP yang masih di Jogja, diundang makan malam oleh Aqua. Selain kami, juga ada tiga orang pengemudi yang juga diajak makan pada meja yang sama. Masing-masing kami memberikan kesan tentang apapun, termasuk kritik dan saran terkait Reuni di Jogja. Tentu saja semua kesannya positif dan istimewa. Apalagi, dua orang keluarga Cowas yaitu istri Almarhum Mas Kholili Indro dan istri Mas Herman Rivai mendapatkan kado umroh dari Direktur NRA Group & Travel Ibu Irmawati Mochtar dan Aqua sekeluarga. Kejutan tidak berhenti di situ.
"Pak Yanto pernah ke Tanah Suci?" tanya Aqua kepada Pak Yanto, panggilan akrab Sumardiyanto, salah seorang sopir kami yg sehari2 bekerja di BRI Wilayah Jogjakarta.
"Belum Pak," jawabnya.
"Pak Yanto nanti ikut berangkat umroh dalam rombongan Umroh The Power of Silaturahim III tahun 2019," kata Aqua.
Pak Yanto tertegun, menyalami saya yang duduk di sebelahnya, sebelum kemudian menangis haru dan memeluk Aqua Dwipayana.
Jarang sekali saya menghadiri acara tanpa keluarga di akhir pekan. Namun kepergian saya ke Jogja sendirian kemarin berasa impas. _Worth it_. Saya belajar dan melihat langsung kekuatan sebuah keikhlasan dan ketulusan, juga kekuatan pertemanan tanpa embel-embel saling memanfaatkan kecuali untuk menyambung silaturahim dan persaudaraan. Salam sukses barokah dari Kota Jakarta. ([email protected])
**Penulis adalah Wakil Pemimpin Redaksi Jawa Pos (2007)/Direktur Pemberitaan SBO TV (2008-2009)/Ketua Bidang Komunikasi GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia)/Vice President of Communications PT Astra Agro Lestari Tbk.*
Comment (0)