Kera Ekor Panjang Turun Gunung, Merapi Batuk Lagi

 

Gunung Merapi mulai batuk-batuk lagi setelah meletus pada 2006 silam. Batuknya Merapi biasanya  diawali dengan tanda-tanda tertentu. Misalnya  turunnya binatang-binatang.
Kamis 24 Mei 2018 lalu, misalnya, sudah terlihat beberapa  kera ekor panjang mulai berkeliaran di Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM), Jalan Kaliurang Km 22,6, Sleman.

Foto kera-kera yang turun gunung tersebut pun beredar luas di media sosial. Dan, itu memancing dugaan akan erupsinya Merapi.
 Namun demikian, Kepala Sub Bagian Tata Usaha BTNGM Akhmadi menepis anggapan itu. Menurut dia, kemunculan kera ekor panjang ke Balai TNGM belum tentu karena akan terjadi erupsi. Bisa jadi karena mereka mencari makanan.

“Kera-kera ini juga habitatnya di bantaran Kali Kuning, yang bukan termasuk kawasan TNGM,” jelas Akhmadi.

Primata yang juga disebut sebagai Macaca ini, menurut Akhmadi, adalah jenis hewan yang paling adaptif.

Mereka diketahui tidak memiliki rasa takut atau menghindar dari manusia.

Apalagi mereka juga terbiasa berhadapan dengan wisatawan di Kaliurang, yang sering memberi makan kera-kera itu.

“Kebetulan kan ini bulan puasa, wisata sepi, warung-warung juga tutup. Jadi kera-kera itu kadang-kadang datang ke permukiman warga,” ujar Akhmadi.

Akhmadi menyebutkan ada hewan-hewan lain yang bisa menjadi pertanda bahwa aktivitas Merapi semakin meningkat.

Mereka justru hewan-hewan yang jarang berinteraksi langsung dengan manusia. Bahkan malah menghindar.

“Kalau hewan seperti lutung dan kijang bergerak turun ke permukiman warga, itu bisa jadi indikasi akan terjadi sesuatu dengan Merapi,” jelas Akhmadi.

Hal senada juga disebutkan oleh Kepala Seksi Pengelolaan Wilayah 1 TNGM Nurpana Sulaksono.

Ia menyebutkan ada ciri-ciri tertentu jika hewan-hewan di lereng Merapi merasa terancam.

“Kalau kera misalnya, mereka akan turun secara berkelompok. Satu kelompok bisa sampai 15 hingga 30 ekor. Tidak seperti tadi yang hanya sedikit,” jelas Nurpana yang memantau wilayah Sleman dan Magelang.

Meskipun demikian, Akhmadi meyakinkan bahwa kehadiran mereka tidak akan mengancam manusia.

Sebab mereka bukanlah jenis predator yang akan menyerang.

Itu sebabnya, pihaknya pun mengeluarkan Surat Edaran untuk antisipasi serta menjaga keselamatan hewan-hewan tersebut.

“Kita minta warga jangan panik jika mereka muncul. Jika dianggap mengganggu, cukup diusir, jangan dibunuh,” pesan Akhmadi.

Sementara itu, Nurpana menyatakan pihaknya akan terus melakukan pemantauan secara terus-menerus terhadap perilaku hewan-hewan di Taman Nasional Gunung Merapi.

“Memang hingga saat ini tidak ada pergerakan, tetapi tetap kita pantau terus. Besok pagi akan ada laporannya,” ungkap Nurpana.
Tetapi, kenyataan berbicara lain.
Buktinya, gunung Merapi memang batuk-batuk. Yang terakhir Jumat tanggal 1 Juni 2018, Merapi kembali erupsi dengan mengeluarkan asap cukup tinggi. Debu erupsi Merapi mengenai wilayah Boyolali, Salatiga sampai Semarang karena angin bertiup ke arah Utara barat.
Kabar terbaru, erupsi Merapi akan disusul oleh erupsi 7 gunung berapi aktif lainnya di Indonesia. Benarkah? Kita tunggu saja
 (arn)

 

Related News

Comment (0)

Comment as: