Kerja Hening Pejabat Era Pak Harto
Sejak reformasi tahun 1998, tercatat sudah 10 kali SEA Games digelar. Hasilnya, Indonesia hanya sekali merasakan manisnya juara umum. Itu pun saat Indonesia menjadi tuan rumah SEA Games .
Jadi, harus kita akui, olah raga kita mengalami kemunduran yang luar biasa.
Seorang kawan saya berseloroh ;
“orang kalau lagi banyak hutang, mana bisa mau mikir olah raga”.
Ha ha,.. bener juga yach.
Beberapa hari ini ruang media kita dipenuhi ekspresi kegembiraan, salah seorang atlit atletik kita, Lalu Muhammad Zohri, meraih emas pada cabang olah raga bergengsi.
Lalu Muhammad Zohri memenangi lomba lari 100 meter putra pada Kejuaraan Dunia Atletik Junior U-20 di Tampere, Finlandia, juara Dunia.
Sekali lagi , “Juara dunia”.
Saya simak videonya, momen haru saya rasakan saat ia sujud syukur akan capaiannya. Memang sangat mengharukan, saya merasakan, mata saya perih.
Kiranya sudah lama bangsa ini tidak merasakan luapan emosi kebanggaan semacam itu.
Tidak usah jauh, saya pun tersentak dengan momen Zohri. Bagaimana tidak, ruang media kita selama ini hanya diisi berita carut marut politik dan kasus korupsi, minim prestasi.
Padahal jika kita menoleh ke belakang, kita, bangsa ini, pernah menjadi bangsa yang hebat dalam bidang olah raga.
Pada era Orde Baru, bayangkan saja, saat SEA Games XIV, atlet Indonesia mampu meraih 183 medali emas, 136 medali perak dan 84 perunggu. Total 403 medali dipersembahkan para atlit kita kala itu.
Bandingkan dengan juara kedua, Thailand, yang cuma mendapat 63 medali emas, dan Malaysia yang mendapat 35 medali emas.
Ditulis pada banyak media, pada SEA Games sebelumnya, Indonesia sempat mengalami kemunduran, Indonesia hanya meraih juara dua umum pada SEA Games ke XIII, saat itu.
Hal tersebut saja sudah dianggap sebagai tamparan bagi bangsa Indonesia. Pada saat itu, pak Harto langsung memerintahkan untuk meng evaluasi seluruh cabang olah raga.
Presiden Soeharto menegaskan, jangan sampai kekalahan Indonesia terulang pada SEA Games XIV yang akan digelar di Jakarta pada tahun 1987.
Semua kementerian di bawah Kemenko Kesra diminta untuk memberikan dukungan penuh pada SEA Games XIV. Bahkan Pak Harto menerbitkan instruksi presiden khusus.
Hasilnya, memang sangat membanggakan. Indonesia menang telak dan tak memberi napas lawan-lawannya di SEA Games XIV.
Hal demikian itu, aksi seperti apa yang dilakukan Pak Harto, harus kita akui bersama, kini, hilang pada diri pemimpin-pemimpin bangsa ini.
Malah, belakangan, saya membaca pada media on line, ternyata, keberhasilan yang diraih oleh Lalu Muhammad Zohri tidak lepas dari andil tangan dingin seorang Bob Hasan yang konsisten untuk membiayai, memfasilitasi, para atlit.
Bob Hasan selama berpuluh tahun mengeluarkan dana dari kocek pribadinya demi membina atletik.
Pada media juga saya membaca, setiap tahun, Bob Hasan minimal mengelurakan uang Rp 10 miliar untuk membiayai para atlit.
Dan, tidak hanya keluar uang, Bob juga membangun sistem untuk membina atlet muda. Ia rutin mengadakan pencarian bakat ke berbagai pelosok dan Pusat Pendidikan Latihan dan Pelajar (PPLP) seluruh nusantara.
Lalu, di mana pemerintah ?
Lucunya, seharusnya keberhasilan yang diraih Lalu Muhammad Zohri seyogyanya dijadikan sebagai tamparan keras, agar tersadar, lalu berbenah.
Bukan malah berebut untuk merasa memiliki andil akan capaian yang sama sekali mereka tidak berperan di dalamnya. Kembali, Zohri, diseting sebagai komoditi politik lima tahunan.
Pejabat, gubernur daerah asalnya, hingga pembesar di negeri ini pun berlomba-lomba tampil ke media untuk unjuk kepeduliannya pada pemuda asal NTB ini. Kepedulian yang memang patut disyukuri, tapi juga wajib dikritisi.
Bob Hasan, mantan menteri kehutanan era Orde Baru ini bekerja dengan hening. Ia tetap konsisten membina atletik di tengah ketidakpedulian publik, pejabat, atau media.
Zohri pemuda zaman now, dan Bob Hasan figur yang besar di era old.
Keduanya bersinergi, berkerja dalam hening. Serius, tekun dan mendedikasikan diri mereka pada satu keyakinan bahwa bangsa ini bukanlah bangsa pecundang.
H. Anhar ,Se. MM.
Ketua Umum Satgas Anti Narkoba.
Comment (0)