Onde-onde Lawang, Simbol Kebersamaan
Pergilah ke kota Malang atau ke kota wisata Batu. Anda akan melewati "pintu gerbang" bila mau masuk Malang Raya. Namanya, Lawang.
Ya, Lawang (Jawa: Pintu) punya makanan khasnya: kue Onde-onde..! Selain Omde-onde, tentu saja ada Kebun Teh dan hotel kuno bangunan Art Nevue Belanda, hotel Niagara (sekarang pemiliknya Ong Kue Ce).
Bagaimana onde-onde dari Tiongkok kuno, kok bisa sampai di daerah sejuk, lereng pintu gerbang Malang ini? Begini ceritanya.
Bagi orang-orang Tiongkok kuno, Onde-onde disimbulkan sebagai "kebersamaan dan kekuatan keberagaman".
Onde-onde ini lah sebagai kekuatan Cina masuk ke Indonesia.
Sejumlah sumber menyebutkan, Onde-Onde dibawa ke Indonesia oleh Laksamana Cheng Ho. Selain berkembang di Lawang, juga di daerah peninggalan majapahit, Mojokerto. Onde-onde khas Mojoketo bisa ditemui di Toko Bo Liem. Sudah berdiri sejak tahun 1929.
Di Tiongkok, onde-onde pertama dibuat pada masa kekuasaan Dinasti Zhou, sekitar 1045 – 256 SM. Tamu-tamu kenegaraan, misalnya, sudah disuguhi onde-onde.
Kue ini merupakan perlambang dari keselamatan dan kebersamaan para Raja dan rakyatnya.
Bagaimana kisah onde-ondr Lawang ini? Menurut tokoh pers dan TV lokal di Jatim, Imawan Mashuri, onde-onde jadi simbol akulturasi budaya di Indonesia. "Onde-ondenya dari Tiongkok ini, wijennya dari Asia Tengah dan Arab, sedang isinya kacang hijau khas Indonesia. Ini jadi perwujudan kebersamaan dan keberagaman khas Indonesia," katanya.
Bersama sejumlah tokoh masyarakat setempat, Imawan bakal mengembangkan "Onde- Onde DriveThru" khas Lawang. Kayak apa nikmatnya? Bedanya?
Makan onde-onde bareng digelar bareng tokoh muda dari Jakarta, Agus Harimurti Yudhoyono, M.Sc., M.P.A., M.A, yang biasa dipanggil AHY, Rabu (20/6) malam ini , di rumah arsitektur kuno di Lawang, milik Imawan.
Makan bareng Onde-onde khas Lawang ini bareng sejumlah wartawan Jatim. Moment halal-bihalal dan kupatan bareng para wartawan digunakan sekaligus memperkenalkan makanan khas kota tua Lawang, Onde-onde. Setidaknya buat menu kehormatan dan penyambutan AHY di Malang.
Onde-onde yang bertabur biji wijen ini, ternyata memiliki berbagai varian dan nama.
Pada kekaisaran Dinasti Tang, misalnya, seorang sastrawan bernama Wang Fanzhi sempat menuliskan kalau onde-onde ini adalah makanan istimewa di Istana kekaisaran Chang’an dengan sebutan "Ludeui".
Masyarakat Tiongkok Utara mengenalnya dengan sebutan "Matuan". Di daerah lain, ada yang menyebutnya "Ma Yuan" dan ada juga yanh menamakannya "Jen Dai."
Nah dari lafal "jen dai" lidah China ini ditangkap orang Indonesia seperti "ondai". Terus viral "ondai-ondai" dan jadilah "onde-onde" kayak dikenal masyarakat sampai saat ini.
Onde-onde pertama masuk Nusantara, dibawa oleh pedagang Tiongkok tahun 1300 - 1500 M. Mereka ikut berlabuh bareng Laksamana Cheng Ho dari Dinasti Ming.
Awalnya Onde-Onde hanya berisi pasta gula merah saja dan rasanya manis. Namun di Indonesia, berkembang dengan penambahan kacang hijau. Lebih pas dengan lidah orang Indonesia.
Sejak zaman dinasti Tang. Onde-onde jadi kue resmi daerah Changan (sekarang Xian) yang disebut "ludeui". "Jadi sangat tepat kalau onde-onde jadi kue kehormatan untuk tamu Mas AHY ini," jelas Imawan lagi.
Onde-onde atau disebut "jin deui" di daerah Cina utara disebut "matuan" (麻糰), di daerah timur laut Cina disebut "ma yuan" (麻圆), dan di Hainan disebut "zhen dai (珍袋). Zhen dai terkadang dapat disebut sebagai zhimaqiu (芝麻球) yang diartikan sebagai bola wijen dalam bahasa Indonesia.
Onde-onde sekarang berkembang pesat di penjuru Asia. Di Hong Kong, misalnya, makanan ini dapat ditemui di hampir semua toko kue.
Di Malaysia, onde-onde disebut sebagai "kuih bom". Kuih bom biasanya diisi dengan parutan kelapa manis atau kacang, namun ada juga yang diisi dengan pasta kacang merah.
Di Indonesia onde-onde berbentuk bulat, berwarna coklat dan berlapis Wijen. Di dalamnya terdapat kacang hijau atau ketan hitam. Di kota Padang, Sumatera, onde-onde disajikan dalam bentuk bulat, berwarna hijau, kenyal, ditaburi kelapa dan di dalamnya ada gula merah cair.
Di Vietnam, lain lagi. Makanan ini dikenal sebagai bánh cam di daerah Vietnam selatan dan bánh rándi daerah Vietnam utara. Bánh rán diberi pengharum bunga melati. Isinya biasanya lebih kering dari onde-onde pada umumnya berupa pasta kacang hijau manis. Selain itu, bisa juga diisi dengan daging cincang, bihun dan ubi, jamur, dan berbagai bahan makan khas Vietnam lainnya. Penganan ini biasa dihidangkan bersama sayuran dan saus celup.
Di Filipina, onde-onde disebut butsi. Dan banyak lagi sebutannya.
Untuk onde-onde khas Lawang, Malang, Jatim ini, bisa ditemui di rumah makan HTS atau toko kue Mungil di kawasan ruko-ruko di pasar Lawang, dekat hotel Niagara.
Sedang bagi Imawan dan para tokoh Lawang, termasuk Pak Lurah Lawang, mereka sepakat memberi lebel "Onde-onde Drive-Thru" sebagai kekayaan "Lawang Heritage". Alasan mereka, onde-onde ini sebagai warisan bangsa Indonesia.
Onde-onde khas Lawang ini, adalah pintu untuk kekuatan keberagaman bagi Indonesia. Cocok buat AHY. Yang sedang menatap masa depan. (dmr)
Comment (0)