Dikejar Polisi, Aktivis Mahasiswa Berlindung di Markas TNI
Aksi unjuk rasa pro dan kontra terhadap pemerintahan Joko Widodo di DPRD Sumatera Utara, di Jalan Imam Bonjol, Kamis siang, 20 September 2018, berakhir bentrok antara mahasiswa dengan aparat kepolisian. Akibatnya, sejumlah pengunjuk rasa mengalami luka-luka.
Awalnya, sejumlah mahasiswa mengkritisi kinerja pemerintah di bawah kepemimpinan Jokowi. Sebaliknya, Komunitas Masyarakat Cinta NKRI memuji-muji pemerintah Jokowi. Tiba-tiba tanpa diketahui persis penyebabnya, kericuhan terjadi di antara kedua kubu tersebut. Akhirnya mahasiswa bentrok dengan kepolisian.
Aprat kepolisian dari Polrestabes Medan memukul mundur mahasiswa. Para mahasiswa pun kocar-kacir dan diduga dipukuli. Puluhan mahasiswa menyelamatkan diri dengan meminta tolong kepada anggota TNI, dengan masuk ke halaman depan Markas Kodim 0201/BS di Jalan Pengadilan Medan.
Polisi yang mau masuk ke markas TNI, langsung dihalangi seorang perwira. Petugas piket TNI markas tersebut menutup pintu masuk dengan menggunakan portal.
“Tolong pak, selamatkan kawan kami pak yang ditangkap orang itu. Kereta kami juga pak dirusak polisi juga, tolong kami lah pak,” ujar mahasiswa kepada salah satu tentara Kodim 0201/BS yang sedang piket.
Kedatangan puluhan mahasiswa ke markas tentara itu, membuat anggota TNI yang berada di dalam berhamburan melihat yang terjadi. “Tenang-tenang ada apa ini. Silakan sampaikan keluhan kalian,” ujar seorang anggota TNI melalui pengeras suara.
Kemudian, salah satu mahasiswa yang ikut berdemo bernama Yuka, mengaku tidak mengetahui alasan polisi mengamankan kelompoknya. Ia mengatakan, kejadian tersebut berawal dari lemparan batu dan botol air mineral dari pihak demonstran pro Jokowi.
“Sebelumnya aksi berjalan damai, namun terjadi pelemparan batu dan botol kepada kami. Awalnya kami sempat menahan diri, namun akhirnya kami berinisiatif melindungi diri dengan merespons lemparan mereka. Tapi malah jadi kami yang dikejar-kejar polisi,” ujarnya.
Yuka menyayangkan tindakan polisi yang dinilai berpihak kepada demonstran pro Jokowi. Yuka juga merasa heran, sepeda motornya dan mahasiswa demonstran lainnya turut menjadi sasaran tindakan anarkis polisi.
Salah satu anggota TNI yang bertugas berinisial AH membenarkan, kelompok mahasiswa tersebut meminta perlindungan di markasnya dari kejaran polisi. AH tidak mengetahui sebab kelompok mahasiswa tersebut dikejar-kejar polisi, namun dengan alasan kemanusiaan dia dan temannya memberikan perlindungan.
“Yang jelas dengan alasan kemanusiaan kami lindungi karena mereka datang ke tempat kami berteriak minta tolong. Itu saja,” ujar TNI berpangkat Sersan Mayor ini.
AH mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Kapolrestabes Medan terkait permintaan-permintaan mahasiswa tersebut. Selain membebaskan mahasiswa yang sebelumnya sudah diamankan polisi, para mahasiswa juga meminta bantuan kepada Dandim agar menyampaikan kepada Kapolrestabes, terhadap keselamatan mereka saat keluar dari markas Kodim.
Kemudian, puluhan mahasiswa dibawa keluar dari Markas TNI tersebut dan menyuruh mereka untuk pulang dengan tertib. Kondisi pun kembali normal. Sedangkan mahasiswa yang mengalami luka dievakuasi ke Rumah Sakit Bhayangkara, Medan.
Sementara itu, Polda Sumut akan melakukan penyelidikan terhadap bentrokan antara kepolisian dengan mahasiswa. Untuk petugas yang salah akan dilakukan tindakan tegas. Hal itu, disampaikan Kapolda Sumut, Irjen Polisi Agus Andrianto, saat menjenguk mahasiswa yang mengalami luka di Rumah Sakit Bhayangkara Medan, Jumat, 21 September 2018.
Agus juga meminta kepada mahasiswa untuk menjelaskan kronologi kejadiannya. Ia meminta kepada rumah sakit memberikan pelayanan medis yang terbaik. “Berikan mereka pengobatan yang terbaik agar mereka segera pulih dan dapat kembali menjalankan aktivitasnya sehari-hari,” ujar Jenderal berbintang dua itu.
Kordinator Aksi Mahasiswa se-Kota Medan, Julianda Arisa, mengutuk keras atas tindak yang dilakukan aparat kepolisian. Dia meminta kepada Kapolda Sumut untuk melakukan investigasi dan menghukum anggotanya yang bersalah.
“Mengenai teman kami ditahan, sudah dibebaskan dan sepada motor yang diamankan juga sudah dikembalikan,” ujar Julianda, Jumat, 21 September 2018.
Julianda mengungkapkan, aksi mereka murni untuk membela kaum lemah dan mengkritisi pemerintahan Jokowi.”Kami bukan lah pendukung Prabowo dan kami juga bukan pendukung Jokowi. Kami ada di tengah-tengah kaum dimarjinalkan yang selalu mengkritik kebijakan Pemerintah,” kata Julianda
Sumber: Viva
Comment (0)