Bom Politik Pilpres 2019 Mulai Diledakkan
JAKARTA, VOI--Detik-detik mendekati deadline pendaftaran Capres-Cawapres 2019, suasana perpolitikan tanah air makin panas. kubu petahana (Jokowi) maupun kubu penantang (Prabowo Subianto) belum mengumumkan cawapresnya.
Kedua kudu rupanya saling intip. Saling menunggu untuk mengetahui siapa cawapres lawannya. Dari Capres Prabowo, ada 2 nama yang direkomendasikan para ulama: Ustad Abdul Shomad Batubara (UAS) dan Habib Salim Segaf Aljufri (ketua Dewan Syuro PKS). Lalu dari Partai Demokrat mengajukan nama putra mahkota Cikeas, Agus Harimurti Yudhoyono, meskipun Ketum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono berkali-kali menegaskan bahwa bergabungnya partainya ke koalisi keumatan (PKS, PAN, Gerindra) tanpa syarat.
Namun, belakangan meledak sebuah bom molotov politik. Bom politik itu diledakkan Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief. Lewat cuitan di akun Twitter @andiarief, mantan korban penculikan 1998 itu menuding Prabowo sebagai Jenderal Kardus.
#Prabowo ternyata kardus, malam ini kami menolak kedatangannya ke kuningan. Bahkan keinginan dia menjelaakan lewat surat sudah tak perlu lagi. Prabowo lebih menghatgai uang ketimbang perjuangan. Jendral kardus.#
#Jenderal Kardus punya kualitas buruk, kemarin sore bertemu Ketum Demokrat dengan janji manis perjuangan. Belum dua puluh empat jam mentalnya jatuh ditubruk uang sandi uno untuk mengentertain PAN dan PKS.#
#Partai Demokrat tidak alami kecocokan karena Prabowo dalam menentukan cawapresnya dengan menunjuk orang yang mampu membayar PKS dan PAN. Ini bukan DNA kami.#
Cuitan Andi Arief itu tentu membuat jagat perpolitikan tanah air berguncang, meskipun Wakil Ketum Gerindra Fadli Zon menegaskan bahwa cuitan Andi tidak mewakili Partai Demokrat. Buktinya, PAN sudah berencana melaporkan Andi Arief ke polisi. Demikian juga PKS.
Bom molotov politik Andi Arief ini lancar menjadi perdebatan seru di jagarlt Twitter. Banyak yang menilai, cuitan Andi menunjukkan siapa sebenarnya SBY dan Partai Demokrat. Apa yang diucapkan SBY dinilai tidak sama dengan kenyataannya.
Di permukaan, SBY menegaskan bergabungnya PD ke Koalisi Keumatan tanpa syarat, tetapi di belakang SBY injak kaki Prabowo. SBY tetap berkeinginan agar AHY jadi cawapres Prabowo.
Namun, ada analisis menarik dari akun @pain_idn. Akun ini menegaskan bahwa cara membaca mahar politik yang dituduhkan Andi Arief bukan seperti itu. Menurutnya, mahar politik itu diberikan agar Sandiaga Uno menjadi Gubernur DKI.
Mahar politik itu, kata @pain_idn, adalah modal awal untuk membentuk poros ketiga yang dimotori PAN, PKS dan PKB. Poros ketiga ini akan mengurus Capres-Cawapres Anies Baswedan-Gatot Nurmantyo (An-Nur).
Analisis @pain_idn realistis juga. Karena belakangan tersiar kabar bahwa PKS dan PAN sudah bertemu dengan Gatot Nurmantyo. Memang tersiar kabar kuat bahwa PKS-PAN tidak cocok dengan masuknya PD ke koalisi keumatan. Demikian juga sebaliknya, PD tidak nyaman jika PAN-PKS ada di Koalisi Keumatan.
Kalau ini yang terjadi, Pilpres 2019 akan seru: Jkw-Ma'ruf Amin v Prabowo-AHY v An-Nur. Siapa pemenangnya? Meminjam pernyataan KH Abdullah Gymnastiar, "Presiden dan Wakil Presiden RI 2019 sudah tercatat di Lauhul Mahfuz. Jadi kita santai aja."
(ariyono lestari)
Comment (0)