Membuka (Lagi) Kasus Kudatuli, Blunder Politik PDIP

PERANG itu sudah dimulai setelah SBY bertemu dengan Prabowo di Mega Kuningan. Pertemuan yang mempertegas masuknya Partai Demokrat ke koalisi Gerindra-PKS-PAN itu, maka peluru pun mulai ditembakkan dari Teuku Umar.

Apalagi setelah Prabowo Subianto memastikan diri sebagai capres, rencana pembunuhan karakter pun dimulai. Di jagad tweeter mulai diputar kaset rekaman lima tahunan - yang oleh politisi Gerindra Fadli Zon disebut kaset rusak-- yang menyerang pribadi Prabowo Subianto: fitnah penculikan aktivis 1998.

Yang terbaru, mendadak Sekjen PDIP Hasto Kristianto mendatangi Komnas HAM. Hasto meminta agar SBY mengungkapkan siapa saja yang terlibat peristiwa 27 Juli 1996, saat perebutan kantor PDI P oleh PDI versi Soerjadi, yang kemudian disohorkan sebagai Kuda Tuli (Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli).

Siapa yang disasar? Sudah jelas: SBY. Tetapi, apakah Hasto lupa, bahwa membuka peristiwa Kuda Tuli sama saja menyeret ketumnya, Megawati Soekarnoputri ke pusaran yang tidak menyenangkan?

 Karena, sejatinya Mega sudah diberitahu oleh para jenderal merah tentang bakal terjadinya kerusuhan 27 Juli. Bahwa sebenarnya waktu itu Mega bisa mencegah terjadinya peristiwa  Kuda Tuli, tetapi Mega membiarkannya.

Pembiaran terhadap sebuah peristiwa kriminal yang sudah diketahui tanpa melapor ke aparat yang berwenang apakah bukan tindakan kriminal juga? Coba klik lagi jejak digital ini: https://m.merdeka.com/peristiwa/kivlan-mengaku-tak-enak-sama-mega-bongkar-kasus-kudatuli.html

Dalam jejak digital itu, Kivlan Zen masih sangat sopan mengungkap kasus Kudatuli. Tapi, untuk jejak digital yang ini: https://www.kaskus.co.id/thread/556b01c19e740436708b456e/megawati-dan-benny-moerdani-dalang-kudatuli, sudah menunjuk hidung.

Juga yang ini: https://www.kompasiana.com/robert99/54f7ca96a33311b71f8b49a3/megawati-dalang-kerusuhan-27-juli-1996.

Langkah Hasto apakah tidak "menepuk air di dulang, tepercik muka sendiri"? Apakah justru tidak menjadi blunder politik bagi Megawati?

Peluru kaset rusak dari NSA (National Security Agency) AS tentang Prabowo dalang penculikan aktivis 1998 juga sudah jelas dibidikkan ke siapa. Saat ini, Prabowo adalah capres yang paling ditakuti capres petahana yang elektabilitasnya semakin tergerus itu. Apalagi dengan bergabungnya Partai Demokrat ke kubu Prabowo, sudah pasti membuat Jokowi semakin ketakutan.

Karena itu, ditembakkanlah peluru kaset rusak lima tahunan: Prabowo yang memerintahkan penghilangan aktivis 1998. Padahal, bukti dan saksi sudah jelas menunjukkan bahwa Prabowo bukan penculik, bukan pula yang memerintahkan penghilangan aktivis 1998. Tengoklah wawancara ekslusif Viva news dengan korban penculikan, Andi Arief, berikut ini: https://m.viva.co.id/amp/indepth/wawancara/517127-wawancara-andi-arief-prabowo-bukan-penculik.

Bahkan, Desmon J Mahesa, korban penculikan lain yang kini aktif sebagai pengurus Partai Gerindra menegaskan bahwa dokumen rahasia yang dilansir NSA
sebagai dokumen hoax. "Saya ini malah ditolong Prabowo waktu itu. Jadi, saya tegaskan sekali lagi, Prabowo bukan penculik," kata Desmon.

Desmon bahkan mengancam akan melaporkan detik.com sebagai media yang memuat berita hoax itu ke kepolisian. "Muat dulu pernyataan saya ini."

“Dokumen yang diekspos ini beneran apa khayalan? Kalau itu khayalan, ini kan nggak ada artinya. Yang ada nanti detik bisa dituntut. Itu dulu. Yang gue khawatir itu adalah dokumen yang kamu jelasin itu hoax. Itu apa benar dirilis apa cuma karangan orang?” kata Desmond saat dimintai tanggapan soal dokumen tersebut, Rabu (25/7/2018).

Desmond mengatakan bukan Prabowo yang memerintahkan penghilangan sejumlah aktivis. Alih-alih diculik, aktivis ’98 ini mengatakan bahwa dirinya diselamatkan oleh Prabowo Subianto. Berikut pernyataan lengkap Desmond:

Jangan sampai dokumen yang ditindaklanjuti ini hoax. Kasihan detik. Itu saja. Kalau itu benar, ya semua sudah terjawab di situ. Bahwa yang memerintahkan itu bukan Prabowo, kan mertua, Faizal Tandjung, Wiranto. Kan ada SBY. Nah baru enak gue ngomong. Karena gue salah seorang yang diselamatkan Prabowo. Nah lu teliti itu. Kalau nggak, kami akan menggugat detik. Kalau yang kalian tindaklanjuti ini hoax, ya kalian berurusan hukum sama kami. Karena ini sudah mencemarkan. Kalau ini cuma hoax kalian cepet minta maaf. Tolong diberitakan. Ini aja lu beritain. Kalau ini tidak kamu muat di detik, akan gue laporkan. Kalian akan bermasalah hukum dengan gue. Tolong beritakan. Kalau ini konkret dan benar baru gue lanjut wawancara. Tolong dimuat ini sebagai bantahan gue. Kalau nggak dimuat akan gue laporkan.

Nah, dari fakta-fakta di atas, bisa disimpulkan sendiri apakah langkah Hasto Kristianto itu tepat. Atau, malah Hasto sendiri yang menikam Megawati dari samping. Kita tunggu episode selanjutnya. *

 

Related News

Comment (0)

Comment as: