Cawapres Jokowi Profesor NU?
Oleh: Ariyono Lestari
SIAPA cawapres yang bakal mendampingi Jokowi di Pilpres 2019 memanh masih menjadi misteri. Namun, sinyal-sinyal calonnya sebenernya sudah dimunculkan oleh Jokowi maupun para pimpinan PDIP.
Di beberapa kesempatan, Jokowi maupun tokoh-tokoh PDIP lainnya selalu mengatakan bahwa cawapres yang akan dimunculkan akan mengejutkan banyak kalangan.
Selain itu, disebutkan pula bahwa pemunculan cawapres Jokowi menunggu cuaca segar dari timur.
Dalam beberapa waktu terakhir, PDIP, partai utama pengusung Jokowi berkali-kali mengatakan sudah mengantongi bakal cawapresnya. Beberapa nama mulai disebut sebagai kandidat, seperti ketum PKB Muhaimin Iskandar, mantan Ketua MK Prof Mahfud MD, Kapolri Tito Karnavian, KH. Ma'ruf Amien termasuk Menteri Kelautan Susi Pudjiastuti dan Puan Maharani.
Namun, nama-nama itu nampaknya mulai terpental dari kantong kandidat. Muhaimin yang dinilai bisa mewakili Islam sakaligus ormas Islam terbesar di Indonesia, Nahdhatul Ulama, ternyata ditolak oleh mayoritas kiai NU. Namun Muhaimin kurang harum di kalangan Nahdliyyin karena dianggap sebagai Brutus yang mengkhianati almarhum Gus Dur.
Mahfud MD pun mendapat resistensi yang cukup kuat dari kalangan kiai NU. Meski pun berdarah NU, Mahfud dianggap tidak bisa mewakili karena selama ini tidak pernah aktif di ormas Islam yang didirikan Hadratusysyaikh KH Hasyim Asy'ari itu.
Apalagi Tito, Puan Maharani dan Susi Pudjiastuti. Ketiga figur ini dari sisi manapun tidak bisa disebut mewakili Islam. Padahal, jagad tweeter belakangan ramai dengan isu bahwa Amerika Serikat menginginkan Presiden RI mendatang adalah pasangan Islam - Islam atau Islam-Nasionalis atau sebaliknya, Nasionalis - Islam.
Sedangkan Jokowi, seperti cuitan akun @irene_viena, oleh AS sudah telanjur tidak dianggap mewakili Islam. Bahkan, untuk menunjukkan ke Donald Trump bahwa dia mewakili muslim, Jokowi pun melawat ke Afghanistan dan menjadi imam sholat di sebuah masjid di sana.
Namun, upaya Jokowi rupanya belum cukup meyakinkan Washinton tentang keislamannya. Karena itulah, tulis @irene_viena, untuk meraih restu AS, Jokowi harus menggandeng cawapres dari kalangan Islam.
Karena itulah lantas muncul nama-nama Muhaimin Iskandar, Mahfud MD, bahkan KH Ma'ruf Amien, Ketua MUI. Tetapi, Kiai Ma'ruf pagi-pagi sudah menyatakan tidak bersedia karena merasa usianya sudah cukup sepuh.
Nah, sebuah sumber kuat di kalangan DPP PDIP, menyebutkan satu nama yang selama ini tak pernah muncul ke permukaan sebagai kandidat cawapres Jokowi. Padahal, tokoh ini sangat mewakili Islam dan bahkan konon juga mendukung gerakan 212.
Siapa tokoh ini masih ditutupi tabir politik. Tetapi, yang pasti tokoh ini sangat mewakili representasi Islam melihat catatan riwayat hidupnya.
Tokoh ini pernah menjadi pejabat tinggi di Kemenag di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dia juga dikenal sebagai imam besar sebuah salah satu masjid besar di negeri ini.
Tokoh ini juga seorang profesor. Lahir ceprot sudah NU. Saking kuatnya ke-NU-annya, initialnya pun NU. Just kidding. Hehehe...
Tokoh ini masih ditutupi tabir politik karena belum menyatakan kesediaannya atas tawaran Jokowi. Dia minta waktu untuk menunaikan sholat Istikharah. Meminta izin Penciptanya. Nah, kita tunggu turunnya izin dari langit.
* Ariyono Lestari adalah wartawan senior, tinggal di [email protected].
Comment (0)