Kasus Pilgub Jabar, Sebaiknya Lembaga Survey Bubarkan Diri
Oleh: Vanny Qatar *)
SebelumHari H Surveyor-surveyor besar memproyeksi ASYIK hanya akan meraih suara di bawah 10%.
Juni 2018, LSI Denny JA memproyeksi 8,2%.
Juni 2018, SMRC Saiful Mujani memproyeksi 7,9%.
Maret hingga Mei 2018, INDIKATOR Burhanuddin Muhtadi memproyeksi 3,2%.
Pada hari H dengan quick count ASYIK ada pada 28 – 30%.
Ada 3 kemungkinan dari fenomena ini:
1. Para surveyor salah besar dalam menjalankan pekerjaan ilmiah mereka. Mengambil proyeksi “tertinggi” yang 8,2% versi LSI DJA sebagai patokan, berarti Margin of Error proyeksi tersebut adalah +/- 20%. Margin of Error segede gajah ini sama dengan mengatakan surveyor-nya lebih baik membubarkan diri sebagai perusahaan surveyor. Perhitungan dengan Margin of Error segede +/- 20% seperti itu dapat diperoleh dengan mudah dalam diskusi-diskusi lepas di warung kopi. INDIKATOR Burhanuddin “juara”nya, karena Margin of Error mencapai +/- 25%. Ini kelewat “gila”, namanya.
2. Para surveyor berpartisipasi dalam program propaganda pesanan pihak tertentu. Mereka tidak bodoh secara ilmiah dan sangat cerdas “mengakali” hukum statistika.
3. Mesin partai pengusung bekerja dengan efektif sehingga dengan waktu relatif singkat sangat berhasi mendongkrak elektabilitas ASYIK. Dalam pikiran rasional saya, menaikkan elektabilitas kontestan politik dalam waktu singkat paling mungkin hanyalah sebesar 5%. Itu sudah sangat luar biasa, ditambah syarat keharusan adanya isu besar yang sangat menguntungkan ASYIK dan di lain pihak merugikan kontestan lainnya.
Pesan untuk Tim Sukses ASYIK: tongkrongin itu penghitungan suara manual. Berkaca dari survey elektabilitas para surveyor yang meleset total di atas, wajarlah menaruh curiga pada Hitung-cepat mereka. Jangan lengah.(kl/swamedium)
*Penulis: Canny Watae, pegiat media sosial
Comment (0)