Gagalnya Debat Paslon Probolinggo

Pristiwa ini cukup menarik. Satu pasangan calon bupati dan wakil bupati Probolinggo menolak hadir dalam debat kandidat. Pasalnya acara debat digelar di studio stasiun televisi swasta di Surabaya.

Pilkada Probolinggo diikuti 2 pasangan calon: P Tantriana Sari – Timbul Prihanjoko dan Malik Haramain – Muzayyan. Pasangan pertama yang berjuluk ‘Hati’ itu diusung Partai Nasdem, Gerindra, Golkar, PPP dan Hanura.
Pasangan ‘Hati’ menolak ikut debat kandidat sesi 2 yang berlangsung di Surabaya, Jumat malam lalu. Namun pada debat kandidat sesi 1, pasangan tersebut hadir.
Alasan ketidakhadiran ‘Hati’ pada debat sesi 2 adalah tidak sepakat dengan lokasi penyelenggaraannya yang di Surabaya. Mereka menginginkan debat berlangsung terbuka di Probolinggo agar bisa disaksikan masyarakat calon pemilih. Kalau perlu di alun-alun kota.
Pada debat sesi 1, ‘Hati’ hadir di Surabaya. Saat itu, ‘Hati’ beralasan menghormati KPUD.
Lepas dari alasan pemilihan kota Surabaya sebagai lokasi debat, pertanyaannya bisakah acara debat di Probolinggo disiarkan langsung melalui stasiun televisi di Surabaya?
Hehehe…. Zaman sudah sangat maju. Siaran langsung debat di stasiun televisi Surabaya bisa dilakukan dari mana saja. Termasuk Probolinggo. Sepuluh tahun yang lalu, saya sudah ikut membuat siaran langsung JTV dari Bojonegoro, Gresik hingga Banyuwangi. Menggunakan SNG (satellite news gather).
Jangan-jangan, karena alasan ini: stasiun TV di Surabaya itu tidak punya SNG. Maka acara debat harus di Surabaya. Di studio stasiun televisi itu.
Tunggu dulu. Telkom melalui salah satu anak perusahaannya menyediakan jasa penyewaan SNG di seluruh Indonesia. Bahkan, anak perusahaan itu tahun 2017 lalu dinobatkan sebagai perusahaan terbaik di Asia dalam pelayanan sewa SNG.
Atau mungkin karena alasan ini: sewa uplink satelit mahal. Jadi siaran langsung debat kandidat harus di studio Surabaya.
Begini, kawan. Untuk mengirim video dari Probolinggo ke stasiun televisi di Surabaya melalui satelit, biayanya meliputi sewa SNG dan uplink satelit.
Sewa SNG (satellite news gather) berikut operatornya dihitung 1 shift (8 jam net) senilai Rp 30 juta. Sedangkan uplink satelit dihitung USD 10/menit. Kalau debat berlangsung 2 jam, biayanya: 2 x 60 x USD 10 = USD 1.200. Bila dirupiahkan Rp 17,6 juta. Total jenderal: Rp 47,6 juta.
Saya tidak tahu, apakah angka tersebut terlalu mahal. Tapi kalau dirasa mahal, ada cara lain yang lebih murah: gunakan internet.
Sebentar, saya jelaskan. Untuk mengirim video dari Probolinggi ke stasiun televisi di Surabaya menggunakan jaringan internet memerlukan bandwidth internasional minimal 5Mbps 1:1, live caster/streamer dan operatornya.
Anggaplah, bandwidth on demand itu bertarif Rp 2,5 juta per 1Mbps per hari. Maka, biaya bandwidth saja menjadi Rp 12,5 juta. Ditambah biaya instalasi Rp 2,5 juta. Ditambah lagi biaya sewa live caster/streamer Rp 10 juta dan operator Rp 5 juta. Total jenderal Rp 30 juta.
Atau mungkin, alasannya ini: jaringan internet di Probolinggo tidak memadai. Maka debat kandidat harus di Surabaya.
Dulu, alasan itu masuk akal. Kalau sekarang, alasan itu tidak relevan lagi. Jangankan di Probolinggo. Yang ibukota kabupaten di poros perekonomian utama Jawa – Bali. Di ibukota kecamatan saja, jaringan internet sudah tersambung dengan kualitas baik.
Semangat menyukseskan pilkada yuk… semoga tulisan ini bermanfaat.
Joko Intarto
jagaters.id
Penyedia Jasa Siaran Langsung

Related News

Comment (0)

Comment as: