Si Taurus Itu Tidak Mungkin Pindah ke Lain Hati
TANGGAL 17 Mei nanti Dr (HC) H. Zulkifli Hasan SE, MM akan genap berusia 57 tahun. Menjelang ulangtahunnya itu, Zulhas --panggilan akrabnya-- digosipkan bakal bergabung ke kubu petahana Joko Widodo (Jokowi). Ini lantaran Zulhas muncul di Istana Negara pada Rabu lalu (24/4), dalam pelantikan Gubernur Maluku. Di acara tersebut, Zulhas memang bertemu dengan Jokowi.
_____________________________________________
OLEH: M. TAUFIQ*)
_____________________________________________
Saat menulis catatan ringan ini, saya tidak pernah mengenal Zulhas secara langsung. Saya juga bukan kader PAN. Saya hanya tahu lewat media massa, bahwa ayah 4 orang anak itu pernah menjadi Menteri Kehutanan (2009-2014). Pada 2004-2009 dia pernah menjadi anggota DPR RI. Sebelum menduduki jabatannya sekarang ini sebagai Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), dia dikenal sukses menjalankan tugasnya sebagai Sekjen PAN (2005-2010).
Saya juga pernah membaca berita keberhasilannya meraih gelar doktor kehormatan di Bidang Administrasi Publik dari Sejong University (Seoul), dan di Bidang Manajemen SDM dari Universitas Negeri Semarang.
MANUVER POLITIK
Jadi, mengapa saya menilai kabar adanya upaya Zulhas meninggalkan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno hanyalah isapan jempol belaka, semata-mata karena saya punya feeling bahwa Zulhas --si Taurus 17 Mei-- punya firasat yang sangat peka dalam berkarier. Dia melangkahkan kedua kakinya sesuai dengan nalurinya. Bukan hanya mengandalkan perhitungan akal saja.
Tengoklah sebagian kecil riwayat kariernya. Setamat SMP, Zulhas memutuskan hijrah ke Jakarta. Sebab, dia memang ingin menjadi orang hebat. Ayahnya yang bekerja sebagai petani di Lampung Selatan, sesungguhnya berharap Zulhas mengikuti jejak ulama top Buya Hamka. Tetapi, anak sulung dari 3 bersaudara tersebut tetap ngotot pergi ke Jakarta.
Di lingkungan barunya itu Zulhas pernah bekerja sebagai tukang cuci taksi. Menariknya, seiring perjalanan waktu Zulhas malah melepaskan statusnya sebagai PNS dengan gaji tetap setiap bulannya. Sebab, ketika itu Zulhas hanya ingin menjadi pengusaha sukses.
Dalam Wikipedia, Zulhas mengaku keputusan tersebut melahirkan banyak cibiran dari kawan-kawan dekatnya. Namun, Zulhas berkeras hati bahwa dia harus melepas predikatnya sebagai PNS demi menjemput masa depan yang lebih cerah, plus nama yang banyak dikenal publik.
Dan, naluri Zulhas memang benar. Pada akhirnya dia dikenal sebagai pengusaha yang bsrhasil. Punya beberapa perusahaan dengan penghasilan yang benar-benar meroket.
Zulhas seolah-olah tahu persis, bahwa dia harus mengikuti setiap instingnya, walaupun kerap menerima rintangan yang berat. Sikap politiknya yang berpihak ke Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dalam Pilpres 2019, bukannya tanpa risiko.
Zulhas, misalnya, pernah dicemooh mahasiswa pada September 2018 di Purwokerto (Jawa Tengah), lantaran mempromosikan Capres 02. Atas sikap mahasiswa-mahasiwa itu, dia menilainya sebagai hal yang biasa-biasa saja.
Dalam berbagai kesempatan, Zulhas juga rajin menemani Sandiaga Uno keliling daerah untuk mensosialisasikan 02. Dia juga terang-terangan memuji Prabowo-Sandi adalah pasangan yang paling tepat memimpin Indonesia pada 2019-2024.
Maka, ketika Zulhas disebut-sebut akan bergabung dengan kubu 01 karena bertemu Jokowi di Istana Negara, saya benar-benar beranggapan bahwa kabar itu tidak lebih sebagai manuver politik pihak tertentu saja.
Saya enggan menyebut misi spesial dari manuver politik tadi. Namun, saya sangat yakin Anda semua memahaminya, tanpa saya perlu menjabarkannya panjang-lebar. Begitu pula orang-orang yang berada di balik hembusan gosip tersebut.
Saya sepakat atas langkah Zulhas yang segera menjelaskan ke publik, bahwa kehadirannya ke Istana Negara tadi semata-mata menghadiri pelantikan Gubernur Maluku. Dalam hal ini PAN bertindak selaku partai pengusung sang gubernur.
Saya sangat yakin, Zulhas punya hitung-hitungan yang cermat, jika Prabowo-Sandi kalah dalam Pilpres 2019. Bagi saya, Zulhas telah menunjukkan kepribadian yang sesungguhnya sebagai politikus yang berintegritas. Tak tergiur dengan iming-iming materi belaka. Plus tidak takut atas 'tembakan' lawan yang amat mematikan dan bisa dilepaskan kapan saja.
Saya menganggap Zulhas juga pintar mengendalikan PAN sepenuhnya dengan tetap menjaga wibawa pendiri utamanya, Amien Rais yang juga dikenal sebagai besannya sendiri.
Tak usah ditanya, bagaimana posisi Zulhas jika Prabowo-Sandi menang Pilpres. Karena saya sangat meyakini, bahwa dia akan mendapatkan posisi yang baik atas jasa-jasanya terhadap 02.
Hal yang justru menarik adalah apa yang bakal dilakukannya, kalau ternyata Jokowi yang berhasil mempertahankan kursi kepresidenannya lagi.
Namun, saya malah enggan membikin analisa tentang langkah ke depannya tersebut. Sebab saya punya firasat, bahwa pilihan politik Zulhas tak akan meleset. Artinya, dia sudah memiliki kalkulasi yang sangat matang dengan menggunakan 'rasa'. 'Rasa' ini tak bisa disentuh dan tidak terukur.
Saya berpendapat, bahwa Zulhas bukan hanya berhitung secara kasat mata saja. Namun, 'si Taurus 17 Mei' ini juga sedang dinaungi bintang yang terang-benderang seiring dengan bertambah umurnya. #
*) Penulis adalah wartawan senior tinggal di Surabaya
Comment (0)