Gelar Bapak Hoax Nasional Tersemat Lewat Debat Capres Kedua
Namun sayang, debat Pilpres itu bukan kampanye Pilpres. Jika kampanye Pilpres, yang hadir itu Peserta homogen : *yakni dari massa pendukung calon. *
Akan halnya dengan debat Pilpres, audiensnya heterogen. Terdiri dari pendukung Pasangan capres, pengamat, kelompok politik non partai, bahkan hingga seluruh rakyat Indonesia menyaksikannya.
Jika penampilan memukau Jokowi itu disampaikan diruang tertutup, hanya dihadiri oleh para cebong (kamus sosmed: sebutan gelar untuk pendukung Jokowi), tentulah ujaran berapi-api Jokowi ini tidak akan menjadi persoalan. Namun, ujaran memukau itu disampaikan pada khalayak, dihadapan pengamat, pendukung paslon, KPU, kelompok politik non partai, bahkan hingga seluruh rakyat Indonesia menyaksikannya.
Lantas apa masalahnya ? Masalahnya adalah rakyat sudah sering dibohongi Jokowi. Karenanya, setiap pernyataan Jokowi akan difertifikasi ulang oleh rakyat, diuji validitas dan kebenarannya. Methode paling mudah itu diantaranya minta bantuan Mbah Google.
Ternyata ? Ujaran heroik yang disampaikan Jokowi saat debat itu *hoax, bohong, kosong, kosong adalah hampa, hampa adalah tanpa isi, semua hanya ujaran agitasi yang tak memiliki nilai substansi.*
Hoax-hoax yang disampaikan Jokowi dalam debat kedua, dapat dirinci diantaranya :
*Hoax pertama,* Jokowi menyebut selama tiga tahun terakhir ini tidak ada kebakaran hutan. Pernyataan ini disampaikan dalam rangka menanggapi isu lingkungan.
Faktanya ? Greenpeace Indonesia menyebut sejak tragedi kebakaran hutan terhebat tahun 2015, setiap tahun Indonesia mengalami kebakaran hutan dan lahan hingga saat ini. Sebenarnya, tanpa data Greenpeace Indonesia, seharusnya Jokowi ingat bahwa dirinya sering selvie di area kebakaran hutan. Masak lupa ?
Bahkan menurut data PKHL Kemenlingdup dan Kehutanan, tahun 2016 ada 14.604,84 Ha area lahan hutan terbakar. Tahun 2017 ada 11.127,49 Ha area lahan hutan terbakar. Tahun 2018 ada 4.666,39 Ha area lahan hutan terbakar. Data ini dikutip kompas.
*Hoax Kedua,* tidak ada konflik untuk pembebasan lahan Infrastuktur. Bahkan, dengan bangga Jokowi menyebut sebabnya 'karena Pemerintah memberi ganti untung lahan, bukan ganti rugi'.
Praktis, sekolam cebong bersorak sorai gembira loka, tanpa paham apa yang dibicarakan junjungannya. Cebong terdiam, ketika data konsorsium Pembaruan Agraria bicara.
Disebutkan, ada sebanyak 659 kasus konflik lahan pada tahun 2017. Diantaranya pembangunan jalan tol Kuala namu, PLTA Waduk Cirata, Pembangkit Listrik Tenaga Bumi Daratei Mataloko, perluasan lahan Bandara Sultan Hasanudin, Bandar Dominique Edward Osok, Kertajati, dll. Data ini dikutip oleh Jawa pos.
*Hoax ketiga,* tahun 2018 Jokowi bilang Indonesia Import jagung hanya 180.000 ton. Hal ini disampaikan, untuk menjelaskan kebijakan Jokowi dalam isu pangan. Jokowi juga mengklaim ada produksi 3,3 juta ton yang dilakukan petani, sebuah lompatan besar, bangganya.
Namun, menurut data BPS Import jagung sepanjang tahun 2018 mencapai 737,22 ribu ton dengan nilai US$ 150,54 juta. Coba bandingkan, berapa korupsi data hoax yang dilakukan Jokowi ?
Dan masih banyak lagi.
Karenanya, saya mengusulkan bahwa malam ini, Minggu 17 Februari 2019, sebagai malam penganugerahan kepada Jokowi sebagai Bapak Hoax Nasional Indonesia. Jokowi sangat layak menyandang gelar tersebut, karena apa yang disampaikan Jokowi didengar langsung oleh jutaan pasang telinga dan disaksikan oleh jutaan pasang mata, rakyat Indonesia.
Jadi, Anda setuju jika *Jokowi diberi gelar sebagai BAPAK HOAX NASIONAL INDONESIA ?* [].
Comment (0)