Sandiaga Uno, Sang Predator
Sandiaga membuat Jokowi yang sering bergaya bak milenial, mati gaya. Tampilannya terkesan dipaksakan. Berbeda dengan Sandi yang lebih natural dan original. Seorang Habib terkenal di Jakarta menggambarkan dalam satu kalimat. “Prabowo-Sandi adalah politik apa adanya. Jokowi-Ma’ruf, politik ada apanya.” Banyak polesannya.
Oleh : Hersubeno Arief
Presiden Jokowi mulai semakin terbuka soal penurunan elektabilitasnya. “Saya sampaikan apa adanya. Survei terakhir yang dilakukan, (di Riau) kita baru 42%. Di sana 54%. Hati-hati,” kata Jokowi saat bertemu Tim Kampanye Daerah Jokowi-Ma’ruf Riau, di Pekanbaru, Sabtu (15/12/)
Ini bukan pertamakalinya Jokowi mengakui elektabilitasnya mulai masuk lampu merah. Bulan lalu di Palembang Jokowi menyebut elektabilitasnya di Sumatera Selatan hanya sebesar 37%. Namun dia tidak menyebut berapa persen perolehan lawannya.
Elektabilitasnya bahkan juga kalah di Banten, kampung halaman Ma’ruf Amin. “Banten masih rawan,” kata Dewan Pengarah Bravo-5 Luhut Panjaitan. Bravo-5 adalah salah satu sayap kampanye Jokowi-Ma’ruf berisi sejumlah jenderal purnawirawan.
Di seluruh Sumatera yang menyumbang 21?ri total suara pemilih nasional, Jokowi juga sudah kalah. Benar secara nasional Jokowi-Ma’ruf masih unggul. Namun jaraknya dengan Prabowo-Sandi makin tipis. Tinggal hitungan jari.
Jokowi-Ma’ruf masih unggul karena ditopang oleh dua daerah yang menjadi basis kemenangannya, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dua provinsi dengan pemilih terbanyak kedua dan ketiga di bawah Jabar. Dengan trend elektabilitas yang terus menurun, sementara Prabowo-Sandi terus naik, situasinya memang sangat mengkhawatirkan.
Fenomena menurunnya elektabilitas Jokowi-Ma’ruf juga sangat terasa di lapangan. Beberapa acara dan kampanye yang dihadiri Jokowi sepi peserta. Dia sudah mulai kehilangan pesonanya. Jika terlihat ramai, karena adanya pengerahan massa oleh sejumlah dinas pemerintah, aparat kecamatan sampai kelurahan.
Di media sosial beredar foto-foto dan video kosongnya ruang pertemuan relawan dengan Jokowi. Peristiwa terbaru terjadi di Banda Aceh. Jokowi membatalkan pertemuannya dengan relawan di Stadion Sepakbola Harapan Bangsa Lhong Raya, karena sepi peserta. Padahal Jokowi sebelumnya meresmikan ground breaking ruas jalan tol Banda Aceh-Sigli.
Terus menurunnya elektabilitas ini membuat tim sukses Jokowi mulai saling menyalahkan. Erick Thohir Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf menyebut stagnannya —bukan turun—elektabilitas inkumben, karena Ma’ruf Amin belum banyak turun ke lapangan.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Luhut Panjaitan.”Ya belum turun. Tapi nanti, begitu beliau turun, saya kira banyak pengaruhnya.”
Dalam satu bulan terakhir Ma’ruf tidak nampak keluar rumah, apalagi berkampanye. Spekulasi yang berkembang Ma’ruf sakit berat setelah jatuh di kamar mandi dalam sebuah kunjungan ke Lampung. Namun Ma’ruf membantahnya. Dia hanya terkilir.
Karena faktor usia dan keterbatasan fisik, alih-alih mendongkrak elektabilitas Jokowi, Ma’ruf menjadi titik lemah petahana. Jokowi terkesan bekerja sendirian. Situasinya jauh berbeda dengan Sandiaga Uno yang menjadi pasangan Prabowo.
Muncul sebagai kandidat yang tidak diunggulkan, bahkan cenderung diremehkan, Sandi bermetamorfosa menjadi antitesa Jokowi. Sandi menjadi predator yang menggerus elektabilitas Jokowi. Dia memperkuat positioning Prabowo yang sangat kuat pada sisi ketegasan, dan tekadnya membawa bangsa Indonesia berdaulat, bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Sandi membuat Jokowi yang sering bergaya bak milenial, mati gaya. Tampilannya terkesan dipaksakan. Berbeda dengan Sandi yang lebih natural dan original. Seorang Habib terkenal di Jakarta menggambarkan dalam satu kalimat. “Prabowo-Sandi adalah politik apa adanya. Jokowi-Ma’ruf, politik ada apanya.” Banyak polesannya.
Erick Thohir mengakui Sandi menjadi faktor naiknya elektabilitas Prabowo. “Kalau Pak Prabowo menyumbang 20% suara, Sandi setidaknya menyumbang 10%,” ujar Erick.
Mulai tampil menyerang
Menghadapi elektabilitas yang mendekati lampu merah dan tak mau disalahkan, tim sukses memutuskan tampil untuk menyerang. “Sudah waktu kita offensif sekarang,” tegas Erick sahabat lama Sandi.
Irma Suryani Chaniago, salah satu juru bicara TKN mengaku akan mengkapitalisasi masa lalu Prabowo-Sandi. “Kita sudah nggak mau diam lagi, kita nggak mau lagi mengalah, kita nggak mau lagi ngerasa selalu harus santun.”
Apa yang dimaksud menyerang dan apa bentuknya mengkapitalisasi masa lalu lawan, tak dijelaskan secara spesifik. Nampaknya masalah personal kandidat yang menjadi sasaran utama.
Prabowo kembali diserang dengan isu pelanggaran HAM, dan juga soal pemahaman ke-Islamannya. Untuk sisi ini pelakunya tidak tanggung-tanggung. Semua figur top turun tangan. Mulai dari Yusril, sampai La Nyalla Mattalitti. Video lama Mahfud MD juga di-repackage dan disebar di medsos.
Namun semua serangan terhadap Prabowo itu tampaknya sudah tidak lagi mempan. Ada tanda-tanda mereka akan menjadikan Sandi sebagai sasaran utama. Sebagai senjata rahasia dan predator yang efektif, Sandi harus dilumpuhkan.
Politisi Nasdem T Taufiquhadi menyatakan akan ada cawapres yang dipanggil Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus kejahatan korporasi. Yang dimaksud Taufiq, adalah Sandi. KPK sejak lama membidik perusahaan milik mantan politisi M Nazaruddin PT Duta Graha Indah (DGI). Di perusahaan itu Sandi pernah tercatat menjadi komisaris. Namun Sandi tidak aktif. Posisi komisaris karena dia menjadi salah satu investor.
Selain itu kemungkinan besar Sandi juga akan kembali diserang dengan isu skandal pribadinya. Sebelumnya sempat muncul web www.SkandalSandiaga.com yang berisi cerita-cerita skandal Sandi dengan sejumlah wanita. Namun web tersebut telah ditutup oleh Kominfo.
Tidak menutup kemungkinan pola semacam itu akan muncul kembali, namun dengan versi yang lebih meyakinkan. Misalnya akan muncul sejumlah pengakuan dari wanita-wanita yang “pernah” punya hubungan gelap dengan Sandi.
Melihat aktivitas Sandi di lapangan, jelas sangat mengkhawatirkan. Dalam tiga bulan terakhir Sandi terus berkeliling Indonesia. Sejauh ini sudah lebih dari 800 titik yang berhasil dikunjungi di Jawa dan luar Jawa.
Kegiatannya sangat padat. Dimulai sejak pagi hari, hingga malam hari. Di berbagai kota yang dikunjunginya Sandi selalu memulai hari dengan lari minimal sejauh 10 Km. Tidak banyak tenaga pengawal dari kepolisian yang bisa mengimbangi aktivitas fisiknya.
Setelah itu dia melakukan berbagai pertemuan, mulai dengan komunitas emak-emak yang jadi andalannya, para petani, nelayan, pondok pesantren, kalangan pengusaha pemula, dan kaum milenial.
Dalam kunjungannya ke kawasan Kebumen, Cilacap, Banyumas, Purbalingga dan Banjar Negara, Jateng pekan ini Sandi bahkan masih sempat bermain basket dengan sejumlah remaja di bawah guyuran hujan.
Malam sebelumnya dia bertemu kaum milenial, memberi coach kepada para pebisnis muda, bermain band dan nyanyi bersama. Sandi biasanya memainkan alat musik gitar yang sangat dikuasainya.
Para penggemar dan pendukungnya rela menunggu berjam-jam hanya sekedar bertemu dan selfi bersamanya.
Seorang politisi yang mengamati aktivitas Sandi di lapangan, menyebut fenomena Sandi sebagai edisi revisi (revised edition) dari Jokowi pada Pilpres 2014. Namun Sandi jauh lebih bagus pada sisi kemasan dan kontennya. Tak mengherankan bila kubu Jokowi-ma’ruf sangat gerah, dan berusaha keras untuk menghentikannya. end
Sumber: www.hersubenoarief.com
Comment (0)