Jamal Kashoggi di Kesaksian Calon Istri
Oleh: Dahlan Iskan
Sudah sebelas jam calon istri itu menunggu calon suaminya. Belum juga keluar. Sang calon suami sudah berpesan. Sebelum memasuki bangunan rendah itu.
”Kalau saya tidak keluar, adinda hubungi X. Beliau tangan kanan presiden,” ujar calon suami.
Itulah dialog terakhir antara wartawan Jamal Kashoggi dengan calon istrinya: Hatice Cengiz.
Jamal adalah mantan Pimred Al-Watan. Koran nomor tiga terbesar di Arab Saudi. Cengiz adalah wanita Turki. Yang akan dikawini Jamal minggu ini.
Sambil mengatakan pesan itu Jamal menyerahkan dua buah HP-nya ke Cengiz.
Itu sesuai dengan prosedur di situ. Tamu yang akan memasuki gedung itu tidak boleh membawa HP.
Itulah gedung konsulat Arab Saudi di Istambul, Turki. Jamal adalah warga negara Arab Saudi. Yang lagi melarikan diri ke Amerika. Sejak dua tahun lalu. Ia merasa tidak aman di negerinya sendiri. Akibat pekerjaan yang dicintainya: wartawan, penulis.
Jamal banyak menulis tentang perjuangan pembaharuan politik di Saudi. Tentang hak-hak wanita. Dan tentang yang paling sensitif di sana: mengkritik ulama salafi yang doktriner.
Jamal sebenarnya tidak pernah mengusik soal istana. Atau keluarga raja. Ia tahu. Itu super sensitif. Tapi tetap saja Jamal mengalami banyak tekanan.
Pernah Jamal hanya jadi pemimpin redaksi selama 53 hari. Harus berhenti. Karena kebijakan redaksinya yang tidak sejalan dengan penguasa.
Begitu melarikan diri ke Amerika Jamal diterima dengan suka cita. Oleh harian Washington Post. Jadilah Jamal penulis di harian yang begitu terkenalnya.
Begitu memasuki ruang redaksi Washington Post Jamal berbinar. ”Begitu rindu saya dengan suasana ruang redaksi begini,” katanya. Seperti ditulis Washington Post.
Tapi Jamal juga mulai rindu tanah air. Rindu kultur Arabnya. Maka Jamal sering ke Turki.
Mei lalu Jamal menghadiri salah satu konferensi di Istambul. Ketemu Cengiz. Cocok. Tiga bulan kemudian sepakat menikah.
Jamal 59 tahun.
Cengiz 36 tahun.
Beda usia 23 tahun.
Hari pernikahan pun ditetapkan: Minggu pertama Oktober 2018.
Tempat pernikahannya juga sudah ditetapkan: masjid di Istambul. Yang arsitekturnya menjadi obar rindu bagi Jamal: mirip dengan masjid di tempat kelahirannya: kota Madinah al-Munawarah.
Jamal pun mulai mengurus surat-surat untuk nikah. Surat yang terpenting adalah: keterangan tertulis bahwa ia benar-benar telah menceraikan isterinya yang dulu.
Tanpa surat itu lembaga perkawinan di Turki tidak akan mengawinkannya.
Itulah sebabnya Jamal ke konsulat Arab Saudi di Istambul.
Itu ia lakukan tanggal 28 September lalu. Diantar oleh calon istrinya.
Jamal tidak mengalami kesulitan. Saat keluar dari konsulat ia terlihat senyun-senyum terus. Begitulah kesaksian Cengiz.
Jamal bercerita: orang konsulat baik-baik. Menyambutnya dengan ramah. Menjanjikan semuanya akan beres. Tapi perlu sedikit waktu. Disuruhnya kembali tanggal 2 Oktober. Untuk mengambil surat keterangan cerainya.
Lega.
Senang.
Gembira.
Persiapan nikah pun kian serius.
Sore itu juga Jamal terbang ke London. Urusan nikah dianggap tidak ada masalah.
Di London Jamal diingatkan banyak temannya. Agar tetap waspada.
Tanggal 1 Oktober Jamal kembali ke Istambul. Untuk mengambil surat keterangan cerai. Keesokan harinya. ”Pukul 13:00,” kata petugas konsulat.
Calon istri kembali mengantarkan Jamal ke konsulat. Menunggu di luar pagar. Jamal menyerahkan dua HP-nya. Dan berpesan untuk menelepon tangan kanan Presiden Erdogan. Kalau terjadi sesuatu yang mencurigakan.
Itulah pertemuan terakhir si calon mempelai. Jamal tidak pernah keluar dari gedung itu.
Cengiz terus gelisah. Selama 11 jam panantiannya. Lalu berkesimpulan: Jamal mengalami sesuatu. Cengiz pun menelepon si tangan kanan presiden.
Gempar.
Turki turun tangan.
Minta konsulat Saudi membuka diri. Ada apa dengan Jamal.
Konsulat memberi jawaban: Jamal sudah keluar dari gedung konsulat. Tidak ada lagi urusan tersisa.
Cengis bersaksi: tidak ada tanda-tanda Jamal keluar dari gedung. CCTV Turki juga tidak menunjukkan ada orang seperti Jamal meninggalkan konsulat. Termasuk CCTV di pintu yang satunya lagi.
Menurut Cengiz lalu-lintas keluar-masuk kedung itu mencurigakan.
Pemerintah Turki akhirnya mengumumkan kesimpulan penyelidikannya: Jamal dibunuh. Di dalam gedung konsulat. Oleh 15 orang intelijen. Yang siang itu tiba dari Saudi. Dengan pesawat khusus. Lalu balik lagi ke Saudi. Sore harinya. Dengan pesawat yang sama.
Mereka bisa lolos dengan mudah. Menggunakan fasilitas diplomatik.
Tiadanya gerakan ‘seperti mayat’ keluar gedung menandakan hal lain: kemungkinan tubuhnya dipotong-potong kecil.
Hubungan Turki-Saudi pun –yang tidak mesra itu– memanas. Jamal jadi berita dunia. Entah di mana ujungnya.
Penyelidikan yang juga penting adalah: isi HP Jamal. Yang di-connect-kan dengan jam tangan Apple warna hitam.
Mestinya semua informasi akhir terekam di jam tangan itu. Yang terhubung dengan HP itu.
Jam tangannya memang ikut lenyap. Tapi jejaknya sulit terhapus.(dahlan iskan)
Comment (0)