Tiga Proyek China di Malaysia Dibekukan

MALAYSIA, VOI--Kasus korupsi yang menjerat eks PM Malaysia Najib Razak nyerempet-nyerempet juga ke China. Tiga proyek yang tengah digarap perusahaan-perusahaan besar negeri Tirai Bambu di Malaysia dibekukan. Ini dilakukan lantaran proyek-proyek itu disebut terlibat pencucian uang 1MDB hasil korupsi Najib.

Dikutip dari BBC, tiga proyek yang dibekukan Kemenkeu Malaysia adalah dua proyek jaringan pipa dan satunya adalah proyek Kereta Pesisir Timur. Dua proyek jaringan pipa yang jika digabungkan bernilai US$2,3 miliar atau hampir mencapai Rp 33 triliun dan proyek rel kereta bernilai US$20 miliar atau hampir Rp 287 triliun itu dibekukan sehari setelah Najib disidang, 5 Juli lalu.

Seorang pejabat senior kementerian tersebut mengatakan bahwa proyek jaringan pipa digunakan untuk mencuci uang Najib. Para pejabat baru kementerian itu kaget ketika menemukan bahwa 88 persen dari uang proyek telah dibayarkan ke Biro Jaringan Pipa Petroleum Cina, tetapi hanya 13 persen dari proyek yang rampung.

Malah, menurut pejabat khusus di Kemenkeu Tony Pua, pembangunan belum dimulai. Sejauh ini baru kajian dari konsultan yang sudah rampung. “Seluruh proyek ini berbau penipuan. (Ada banyak) elemen-elemen pencucian uang yang jelas terjadi. Kami menggelontorkan uang ke perusahaan China dan kami duga uang ini disalurkan ke pihak-pihak yang terkait dengan pemerintahan sebelumnya,” beber Pua.

Kemenkeu meyakini uang itu dipakai untuk menutup utang 1MDB, yang didirikan Najib Razak pada 2009. Dana 1MDB yang didirikan untuk mendanai pembangunan ekonomi di Malaysia, kini berutang lebih dari US$12 miliar atau Rp 172 triliun.

Proyek-proyek semacam ini menurut Kemenkeu harus dikurangi secara signifikan agar secara keuangan bisa dikerjakan. Sekalipun begitu, kementerian tersebut mengatakan pembekuan proyek pipa dan rel kereta langsung tidak terakit dengan negara tertentu, melainkan dengan kontraktor yang bersangkutan.

Kedutaan Besar China di London pun langsung memberikan tanggapan. “Kami telah mencatat laporan yang relevan. Cina selama ini telah melakoni kerja sama ekonomi, perdagangan, dan investasi dengan Malaysia, begitu pula dengan negara lain, dengan prinsip sama-sama menguntungkan dan hasil sama-sama menang,” sebut juru bicara kedutaan.

 

Sejak Najib kehilangan tampuk kekuasaan, hubungan Malaysia dan China tampak masam. Dalam kunjungan kenegaraannya sebagai Perdana Menteri yang baru, Mahathir Mohamad memutuskan melawat ke Jepang terlebih dahulu ketimbang ke China.

Mahathir baru akan bertandang ke China pada Agustus mendatang, ketika sejumlah kontrak yang dibekukan bisa dinegosiasikan ulang.

Sikap Malaysia itu mengundang peringatan dari harian nasionalis China, the Global Times. Surat kabar itu mewanti-wanti Malaysia agar tidak memojokkan China terlalu keras. “Jika Mahathir ingin meninjau proyek-proyek besar yang sudah disepakati pendahulunya dan merusak kepentingan perusahaan-perusahaan China, perusahaan-perusahaan itu punya hak untuk mengklaim kompensasi,” sebut editorial harian tersebut.

Related News

Comment (0)

Comment as: