•   Saturday, 23 Nov, 2024
  • Contact

Bocoran Kesepakatan Rahasia AS-Israel Terkait Al-Quds

YERUSALEM- Apa yang disebut “Kesepakatan Abad Ini (Deal of the Century)” oleh Washington dapat diringkas dalam tiga frase; entitas  politik di Jalur Gaza, tingkat  otonomi  di Tepi Barat, dan ibu kota Palestina di beberapa bagian Al Quds.

Sejak Presiden AS Donald Trump mulai memberikan petunjuk tentang kesepakatan tersebut tahun lalu, penasehat dan menantu laki-lakinya, Jared Kushner, dilaporkan telah mengerjakan perincian atas rencana tersebut, menurut sejumlah informasi yang telah bocor ke pers.

Analis politik Israel Yoni Ben-Menachem mangatakan bahwa informasi bocor mengenai rencana itu tampaknya sebagian besar sejalan dengan tujuan kebijakan Israel yang sudah lama berlaku.

“Kepemimpinan politik Israel saat ini menolak gagasan negara Palestina tetapi menunjukkan kesiapannya untuk menerima ‘entitas’ Palestina di beberapa wilayah Palestina,” kata Ben-Menachem kepada Anadolu Agency, Rabu (27/6).

Tapi sebagai hanya sebuah “entitas”, Ben-Menachem mengatakan, Palestina tidak akan memiliki ibukota di Yerusalem Timur, tidak akan memiliki Lembah Jordan yang strategis, dan tidak akan diizinkan untuk mengembalikan pengungsi Palestina.

“Dengan bantuan lobi Yahudi di AS, penasihat Trump – Kushner, Jason Greenblatt dan David Friedman – telah meyakinkan presiden untuk menyusun rencana yang sesuai dengan kepentingan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu,” katanya.

Pekan lalu, analis politik Israel Amos Harel, menulis di surat kabar Haaretz bahwa kesepakatan seperti itu tidak akan memenuhi tuntutan dasar Palestina.

Menurut Harel, pemerintah AS juga berencana untuk menawarkan paket insentif ekonomi Palestina kepada sebagian orang yang dibiayai oleh negara-negara Teluk yang kaya minyak.

Harel yakin pemerintahan AS akan menawarkan Palestina sebuah “ibu kota” di distrik Abu Dis Yerusalem Timur sementara Israel akan diharapkan untuk mundur dari beberapa desa Arab di pinggiran timur dan utara Yerusalem.

Sedangkan Kota Tua Yerusalem, termasuk kompleks Masjid Al-Aqsa, akan tetap sepenuhnya di bawah kedaulatan Israel, Harel mengatakan.

Terlebih lagi, menurut Harel, “Deal of the Century” Trump tersebut juga tidak akan meminta Israel untuk melepaskan blok pemukiman Tepi Barat yang dibangun secara ilegal.

Lembah Yordan juga akan tetap di bawah kendali penuh Israel, sementara “negara” Palestina yang baru akan tetap sepenuhnya dilumpuhkan, tidak memiliki kemampuan militer apa pun.

Rencana semacam itu tidak mungkin diterima oleh warga Palestina, beberapa di antaranya telah mengejek dengan menggambarkannya sebagai “Tamparan Abad Ini (Slap of the Century)”.

Menurut Ben-Menachem, garis besar umum rencana perdamaian Trump tampaknya termasuk “entitas” politik Palestina di Jalur Gaza dan di beberapa bagian Tepi Barat, sementara kontrol keamanan atas segala sesuatu lainnya – termasuk Yerusalem dan Lembah Yordan – akan tetap di tangan Israel.

Sementara itu, jutaan pengungsi Palestina, yang nenek moyangnya diusir dari rumah mereka pada tahun 1948 untuk membuka jalan bagi negara baru Israel, tidak akan diizinkan untuk kembali ke “negara” Palestina yang baru.

Walaupun beberapa pos pemukiman terpencil mungkin dibongkar, Ben-Menachem menjelaskan, jaringan luas blok permukiman Tepi Barat Israel akan tetap utuh di bawah rencana tersebut.

Sementara itu, Palestina akan diberi “ibukota” di Abu Dis dan diberi empat distrik Yerusalem Timur (Jabal al-Mukaber, Al-Zaim, kamp pengungsi Shuafat dan Al-Issawiyah), bersama dengan bujukan keuangan yang didanai sebagian oleh Negara Teluk dan komunitas internasional.

Berkaitan dengan masalah Al-Aqsha, kesepakatan itu juga akan menyerukan pembangunan “koridor” yang menghubungkan Abu Dis ke Al-Aqsa, memberi Palestina akses terbatas ke masjid, kata Ben-Menachem.

Akhir tahun lalu, para pemimpin Palestina di Ramallah menghentikan semua kontak dengan pemerintah AS setelah Trump mengumumkan niatnya untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Keputusan Washington awal bulan ini untuk mundur dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB – karena dugaan “anti-Israel” oleh dewan itu – hanya semakin mengasingkan Palestina.

“Israel sangat nyaman dengan posisi pemerintahan AS saat ini,” kata Ben-Menachem. “Penilaian umum adalah bahwa hubungan Israel-AS akan tetap kuat dalam jangka panjang.”

Sebaliknya, ia menambahkan, hubungan AS-Palestina “kemungkinan akan tetap menjadi sumber ketegangan”.

Namun pada akhirnya, masih belum jelas apa yang akan dilakukan administrasi Trump dengan rencana perdamaian yang kontroversial itu.

Sumber-sumber Palestina mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa Kushner dan Greenblatt, yang baru saja menyelesaikan kunjungan di kawasan itu, telah diberitahu oleh para pemimpin Arab – dengan tidak pasti – bahwa kesepakatan damai harus memasukkan negara Palestina dengan Jerusalem Timur sebagai ibukotanya.

Sumber yang sama, yang berbicara secara anonim karena pembatasan berbicara kepada media, mengatakan administrasi Trump sekarang mempertimbangkan skema pembangunan di Gaza menyusul kegagalan proyek politiknya.

Namun Ben-Menachem tidak setuju dengan pernyataan-pernyataan ini.

“Minat Washington di Gaza bersifat sementara dan tidak akan memengaruhi ‘Kesepakatan Abad Ini’, yang detailnya masih dibahas,” katanya.

Kunjungan Kushner dan Greenblatt di wilayah tersebut (yang membawa pasangan ini ke Arab Saudi, Mesir, Yordania, Israel, dan Qatar) ditutup pada hari Minggu (24/06) kemarin.

 

Related News

Comment (0)

Comment as: