Erdogan Unggul Sementara

ISTANBUL, VOI - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan unggul sementara dalam penghitungan suara pemilihan presiden yang digelar Minggu (24/6). Dikutip dari AFP, Kantor berita Turki Anadolu Agency mencatat Erdogan mengantongi 58 persen dari total 27 persen suara yang telah masuk.

Dia unggul dari rival terberatnya Muharrem Ince dari Partai Rakyat Republik (CHP) yang hanya mengantongi 27 persen suara.

Erdogan butuh kemenangan lebih dari 50 persen suara dalam pemilu tahap pertama untuk mempertahankan kursi kepresidenan yang telah ia duduki sejak 2014. Adapun keunggulannya dalam penghitungan sementara ini masih terlalu dini untuk menggambarkan hasil akhir pemilu.

AFP menyebut hasil pemilu bisa berubah secara drastis. Erdogan juga harus bersaing dengan Meral Aksener dari Partai Kebaikan yang mendapat tujuh persen suara, dan Selahattin Demirtas dari Partai Rakyat Demokratik (HDP) yang meraih enam persen suara.

Keunggulan sementara Erdogan diikuti oleh partainya, AKP. Dari 10 persen suara yang masuk, AKP meraih suara terbanyak, namun tetap masih bisa berubah drastis.

Selama masa kampanye, Erdogan mendapat tantangan serius dari Ince yang disebut-sebut mampu mengimbangi kharisma petahana.

"Saya berharap yang terbaik untuk negara kita," kata Ince saat Ince saat memberikan suara di kota kelahirannya di Yalova, selatan Istanbul.

"Saya akan melindung hak kalian. Semua yang kita inginkan adalah kompetisi yang fair," lanjut Ince setelah memberikan suaranya.

Erdogan sendiri memberikan suaranya di Istanbul bersama menantunya yang juga menjabat Menteri Energi Berat Albayrak. Erdogan berharap jumlah pemilih tinggi untuk mengetahui seberapa matang iklim demokrasi Turki.

Pemilu di Turki berlangsung dalam situasi darurat yang telah berlaku sejak peristiwa percobaan kudeta yang berujung kegagalan pada Juli 2016 lalu.

CHP mengklaim telah merekam berbagai pelanggaran khususnya di Provinsi Sanliurfa, namun Erdogan menegaskan tak ada masalah besar dalam pelaksanaan pemilu.

Erdogan salah satu sosok yang memimpin langsung perubahan penting di Turki sejak partainya berkuasa pada 2002 silam. Namun sejumlah kritik tertuju pada Erdogan yang dianggap telah mengekang kebebasan dan memimpin dengan cara otoriter.

 

Related News

Comment (0)

Comment as: